Epidemiologi Penyakit Diare
Klasifikasi, Penyebab, dan Cara Penularan Diare
Salah satu penyakit menular yang terkait erat dengan sanitasi lingkungan, khususnya pada akses pada jamban dan air bersih adalah penyakit Diare. Bahkan penyakit diare seakan menjadi identik dengan Negara berkembang, dengan kemiskinan, dengan slum area. Banyak Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi karena penyakit diare, sehingga penyakit ini menjadi salah satu prioritas program pemberantasn penyakit menular.
Kondisi diatas memang sesuai dengan hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Diare ditandai dengan keluarnya tinja yang lunak atau cair pada balita umur 6 bulan sampai 5 tahun dengan frekuensi lebih dari biasanya atau lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tan pa darah atau lendir dalam tinja. Menurut WHO (2006) diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi 3x atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja, atau bila ibu merasakan adanya perubahan konsistensi dan frekuensi buang air besar pada anaknya.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian pada balita adalah diare dan pneumonia. Angka kejadian diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan angka kematian diare sebesar 25,2 %, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.
Klasifikasi diare
WHO (2006), mengklasifikasikan penyakit diare berdasarkan lama waktu terjadinya penyakit ini, dengan klasifikasi terdiri dari diare akut dan diare kronik.
Diare akut: Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja cair atau lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3x atau lebih perhari dan berlangsung kurang dari 14 hari dan frekuensi kurang dari 4x perbulan, rata rata 95% diare akut terjadi dalam 3-5 hari. Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lendir dianggap disentri yang disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki manifestasi klinis antara lain, berbau khas seperti bayklin/sperma, umur anak lebih dari tiga tahun dan ada. Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan ke dalam diare akut.
Diare kronik: Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, umumnya diare yang disebabkan oleh Enterophatogenic E.coli (EPEC). Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan kehilangan berat badan terdiri dari dehidrasi ringan (penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (penurunan berat badan 5-10%) dan dehidrasi berat (penurunan berat badan >10% dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
Penyebab diare
Sebagian besar (85%) penyebab diare karena virus dan 15% karena bakteri, parasit, alergi makanan, keracunan makanan, malabsorbsi makanan. Golongan virus penyebab diare, terdiri dari rotavirus, Norwalk/Norwalk like agent, adenovirus. Protozoa, Entamoeba histolytika, Giardia lambia, Balantidium coli, Golongan bakteri penyebab diare, antara lain: Salmonella, E. coli, Shigella; Vibrio cholera, Baciius cereus, Staphylococcus aureus dan Chlostridium perfringens. Golongan parasit penyebab diare, antara lain: Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Jamur dan Candida.
Penyebab diare karena alergi, terdiri dari alergi susu dan alergi makananan, Cow,s milk protein sensitive enteropathy (CMPSE). Diare karena keracunan yang disebabkan oleh makanan/minuman yang terkontaminasi racun (bahan Kimia), atau terkontaminasi bakteri yang menghasilkan toksin antara lain Clostridium botulinum dan bakteri strain Stafylococus aureus.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.