Jenis Terbanyak Infeksi Nosokomial
Frekuensi Terbanyak Jenis Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit tanpa adanya masa inkubasi ketika masuk rumah sakit. Menurut sebuah hasil penelitian, angka kematian yang disebabkan infeksi nosokomial cukup tinggi. Misalnya di Kanada terjadi 8.500 kematian akibat Infeksi nosokomial setiap tahunnya. Sementara di Amerika, infeksi ini bertanggung jawab pada 20.000 kematian pertahun (atau 10% pasien rumah sakit) di Amerika SerikatSebagai pengingat rekan-rekan praktisi public health, ada baiknya kita share kembali topik INOS (infeksi nosokomial) dan segala sesuatu yang terkait dengan basic informasi dengan inos ini. Menurut The Community and Hospital Infection Control Association (2006), infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit dan merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas pasien, memperpanjang periode waktu pasien dirawat di rumah sakit serta meningkatkan biaya perawatan pasien secara langsung.
Berdasarkan jenis infeksi, urutan frekuensi terbanyak infeksi nosokomial di rumah sakit antara lain infeksi saluran kencing, infeksi luka, pneumonia, infeksi kutaneus, bakteriemia, Human Imunodeficiency Virus (HIV), hepatitis.
Pneumonia: Faktor resiko utama infeksi pneumonia nosokomial adalah intubasi, pembedahan abdomen bagian atas atau torak, reflek batuk yang tidak efektif, dan peningkatan pH lambung. Pencegahan nosokomial pneumonia dapat dilakukan dengan cara mengajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam, menganjurkan pasien melakukan ambulasi dini, menjaga kesterilan alat-alat yang diguinakan untuk terapi pernafasaan, menggunakan teknik aseptik untuk intubasi dan suction endotrakeal, mempertahankan oral hygene yang baik untuk menurunkan kolonisasi bakteri traktus oroparing, memberikan medikasi misalnya sukralfat untuk mencegah peningkatan asam lambung.
Infeksi Saluran Kencing (ISK) : Merupakan infeksi nosokomial yang paling sering terjadi. ISK ditandai dengan piuria (lebih dari 10 sel darah putih per lapang pandang, atau lebih dari 100.000 bakteri per ml urin dari spesimen kateter bersih atau 10.000-100.000 bakteri per ml bila spesimen diambil dari kateterisasi kantung kemih). Terdapat beberapa cara untuk mencegah ISK, antara lain dengan melakukan kateterisasi kantung kemih atas indikasi yang benar, melakukan pemasangan kateter dengan prinsip steril, melakukan dresing kateter setiap hari, mengosongkan urin bag sesering mungkin agar tidak terjadi aliran balik ke kandung kemih, menjaga urin bag agar tidak menyentuh lantai, membersihkan penutup urin bag sesudah dan sebelum mengosongkan atau mengambil sample urin, serta menjaga area perineal dan rektal tetap kering dan bersih.
Infeksi Luka: Infeksi luka ditandai dengan drainase yang purulen dan hasil kultur luka yang positif. Infeksi luka berhubungan dengan derajat kontaminasi luka selama pembedahan. Sedangkan cara pencegahan infeksi luka dapat dilakukan dengan membersihkan kulit dengan sabun antiseptik sebelum operasi, menggunakan teknik antiseptik selama pembedahan, menggunakan sistem ventilasi yang sesuai di ruang operasi untuk mengurangi penyebaran patogen melalui udara, memberikan antibiotik propilaksis sebelum pembedahan intestinal.
Infeksi kutaneus : Faktor resiko utama untuk infeksi kulit adalah luka bakar dan dekubitus, infeksi kulit ditandai dengan drainase purulen dan hasil kultur positif. Semantara pencegahan infeksi kulit dapat dilakukan dengan cara; melakukan perubahan posisi pada pasien, melakukan massase kulit untuk meningkatkan sirkulasi, anjurkan nutrisi yang baik untuk menjaga integritas kulit, menjaga kulit tetap bersih dan kering
Bakteriemia: Baktriemia berkembang dari infeksi pada tubuh seperti luka atau infeksi pulmoner, kontaminasi darah, cairan dan alat intravaskuler atau kontaminasi selama injeksi dan pemberian obat intavena. Pencegahan bakteriemia dapat dilakuakan dengan cara; melakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik, melakukan dressing infus dengan prinsip steril, melakukan injeksi atau medikasi intravena dengan prinsip steril.
HIV dan Hepatitis : Manajemen yang baik terhadap darah dan produk darah (tranfusi, pengambilan spesimen) akan mengurangi resiko transmisi virus HIV dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Resiko tertular HIV pada tenaga kesehatan berkaitan erat dengan terpapar secara parenteral oleh produk darah pasien yang terinfeksi HIV. Infeksi virus hepatitis B juga merupakan infeksi nosokomial yang sering terjadi di rumah sakit walaupun sulit untuk diidentifikasi. Tenaga kesehatan sangat rentan terinfeksi hepatitis dari pasien sehingga diperlukan vaksinasi hepatitis untuk tenaga kesehatan