Keperawatan Profesional Indonesia
Model Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kinerja keperawatan pada umumnya belum memenuhi standar asuhan keperawatan (rata-rata maasih bernilai cukup), terutama dalam hal pengkajian keperawatan, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Beberapa faktor ditengarai dapat berpengaruh terhadap kinerja perawat, seperti insentif, motivasi, disiplin kerja, lingkungan kerja, kompetensi, serta beban kerja.
Model praktek keperawatan profesional merupakan suatu sistem, baik menyangkut struktur, proses dan nilai-nilai professional, yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan.
Model Praktek Keperawatan Profesional terdiri dari lima elemen sub sistem yaitu, nilai-nilai profesional perawat, pendekatan manajemen, dan metode pemberian asuhan keperawatan. Pada pendekatan manajemen, dimaksudkan sebagai pemenuhan tenaga yang diperlukan dalam penyelenggaraan asuhan keperawatan profesional yang didasarkan pada jumlah pasien dan derajat ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dapat dibagi dalam tiga kategori, antara lain kerawatan minimal (waktu 1-2 jam/hari), perawatan intermediet (perlu waktu 3-4 jam/hari0, serta perawatan maksimal (perlu waktu 5-6 jam/hari).
Pada penerapan metode pemberian asuhan keperawatan, kita kenal empat metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode fungsional, metode kasus, metode tim, dan metode primer. Metode fungsional berorientasi kepada tugas, yaitu semua tugas atau tindakan keperawatan yang ada dibagi kepada perawat yang sedang dinas pada saat itu. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien. Metode ini tidak berorientasi pada masalah pasien.
Pada metode kasus, merupakan metode pemberian asuhan keperawatan dimana setiap perawat merawat satu atau beberapa pasien pada saat dinas, dan pada hari berikutnya pasien belum tentu akan dirawat oleh perawat yang sama dengan hari sebelumnya. Sedangkan pada metode tim, didasarkan pada pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap aggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan tanggung jawab yang tinggi.
Model Praktek Keperawatan Profesional dengan menggunakan metode primer sehingga disebut perawat primer/primary nurse, diharapkan akan dihasilkan kontinuitas keperawatan yang bersifat komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan. Dalam prakteknya, kelaziman setiap primary nurse menangani 4-6 pasien dan bertanggungjawab selama 24 jam selama pasien tersebut dirawat di rumah sakit. Dalam hal ini, pasien; keluarga; staf medis; staf keperawatan akan mengetahui bahwa perawat primer tertentu bertanggung jawab terhadap salah seorang pasien tertentu. Oleh karena itu, perawat primer harus mengetahui keadaan pasien dengan sebaik-baiknya.
Keuntungan metode primer ini bagi pasien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang manusiawi dan bermutu karena semua kebutuhannya terpenuhi dan dapat dicapai, baik menyangkut perawatan, pengobatan, akses informasi maupun advokasi. Keuntungan bagi perawat primer adalah adanya kesempatan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi rumah sakit dapat menekan jumlah tenaga perawatan, karena penekanan pada kualitas tenaga.
Metode yang dilaksanakan di Indonesia merupakan gabungan antara metode tim dan metode primer. Metode primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan minimal pada tingkat sarjana keperawatan (sumber daya manusia masih belum memungkinkan). Sedangkan metode tim mempunyai catatan pada tanggung jawab tentang asuhan keperawatan pada pasien yang terfragmentasi pada berbagai tim, sehingga dengan metode kombinasi ini diharapkan dapat menghasilkan kontinuitas dan akontabilitas asuhan keperawatan.
Pada pola hubungan professional yang terjalin, perawat berinteraksi dengan perawat, dengan pasien dan dengan petugas kesehatan lainya, berfokus untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien serta pemecahan masalah pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya dokumentsi asuhan keperawatan yang lengkap dan jelas.
Refference:
Gillies, D.A., 1994, Nursing Management a System Approach. W.B. Saunders Company
Sitorus, R., 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Dep Kes RI, 1997, Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. .