Metode Penentuan Status Gizi dengan Antropometri
Standar dan Kriteria Status Gizi dengan Anthropometry
Sebagaimana rekan-rekan public health community kenal, terdapat berbagai macam metode penentuan status gizi, salah satu diantaranya dengan metode antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros, dengan anthropos berarti tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi sebagaimana diungkapkan Jellife dapat disimpulkan bahwa antropomerti gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Pada metode antopometri kita kenal dengan Indeks Antropometri. Indeks antropometri adalah kombinasi antara beberapa parameter, yang merupakan dasar dari penilaian status gizi. Beberapa indeks telah diperkenalkan seperti berat badan dibagi tinggi badan (BB)/(TB), tinggi badan dibagi umur (TB)/(U), tinggi badan dibagi berat badan (TB)/(BB). Kelebihan indeks TB/BB antara lain sensitivitas dan spesivisitasnya termasuk tinggi untuk menilai status gizi masa lampau. Tetapi juga ada kelemahannya antara lain: tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga perlu dua orang untuk melakukannya. Ketepatan umur sulit didapat (Supariasa, 2001).
Indikator antropometri merupakan kombinasi dari beberapa parameter untuk menentukan status gizi seseorang. Misalnya kombinasi antara berat badan (BB) dan umur (U) membentuk indikator BB menurut U yang disimbolkan dengan BB/U, kombinasi antara tinggi badan (TB) dan U membentuk indikator TB menurut U yang disimbolkan dengan TB/U dan kombinasi antara BB dan TB membentuk indikator BB menurut TB yang disimbolkan dengan BB/TB. Untuk menyatakan bahwa indikator tersebut normal, lebih rendah atau lebih tinggi dapat dibandingkan dengan baku rujukan misalnya baku rujukan WHO–NCHS (World Health Organization–National Center for Health Statistics). Apabila hasil perbandingannya normal, maka digolongkan pada status gizi baik. Apabila kurang berarti berstatus gizi kurang dan apabila tinggi berarti tergolong status gizi lebih (Soekirman, 1999).
Untuk membandingkan indikator tersebut dengan baku rujukan WHO – NCHS dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Dengan Persen Median yaitu membandingkan antara antara hasil pengukuran dengan median baku dikalikan 100%. Hasil perbandingan tersebut lalu disesuaikan dengan cut – off points yang meliputi TB/U : < 90% dari median baku digolongkan sebagai stunted/ pendek. BB/TB : < 80% dari median baku digolongkan sebagai wasted/ kurus.BB/U : < 80% dari median baku digolongkan sebagai underweight.
- Dengan menghitung nilai skor simpang baku (standart deviation score = Z–Score) yaitu membandingkan dengan rata – rata atau median dan standar deviasi dari suatu angka baku rujukan WHO – NCHS. Dikatakan status gizi normal apabila angka atau nilainya terletak antara -2SD sampai +2SD dari median baku. Status gizi dikatakan kurang apabila nilainya di bawah -2SD, dan menjadi buruk apabila berada di bawah -3SD. Sebaliknya apabila nilai Z-Score berada diatas +2SD disebut gizi lebih (gemuk) dan di atas +3SD gemuk sekali (Gibson, 1990 )