Public Health Update

Praktik Pelaksanaan STBM

Sharing  Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dalam Praktik

Berikut kami sampaikan beberapa catatan perjalanan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kabupaten Lumajang. Sebagian catatan ini sebetulnya sudah disampaikan sebagai bahan laporan pada Penilaian The Jawa Pos Institute of Pro Otonomi (JPIP) pada Katagori Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Pada aspek pembangunan kesehatan lingkungan dan sanitasi, sebagaimana kondisi umum di Indonesia, pada awalnya cakupan sarana sanitasai dasar (khususnya jamban) masih relatif rendah. Cakupan jamban s/d tahun 2005 rata-rata Nasional, yaitu terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka (Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006)

Banyak jenis program dan intervensi telah dicoba untuk meningkatkan akses pada fasilitas sanitasi ini, namun hasil yang dicapai belum secara bermakna dapat menyelesaikan persoalan. Keadaan ini membawa persoalan baru seperti masih tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti diare. Sebagaimana data WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Dampak buruk dari keadaan ini sangat dirasakan bagi kesehatan masyarakat maupun secara ekonomi.

Belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut, kemudian dikenalkan metode Community Led Total Sanitation (CLTS). Metode menjadikan masyarakat sebagai subyek, dan dilakukan stimulasi kepada mereka untuk melakukan self assesment terhadap kondisi sanitasi pada komunitas mereka. Tahap selanjutnya adalah memicu mereka untuk berubah pada kondisi sanitasi yang lebih baik.

Pasca pemicuan yang berhasil pada berbagai komunitas di Kecamatasn Gucialit dengan menggunakan metode CLTS, sebanyak 4.427 jamban swadaya, baik jamban baru maupun pemberian tutup berhasil dibangun masyarakat (jika diestimasi, jumlah jamban ini hampir setara dengan Rp.1,3 M). Akses jamban masyarakat Kecamatan Gucialit menjadi 100%. Dengan hasil tersebut maka pada tahun 2007 Kecamatan Gucialit mendeklarasikan diri sebagai kercamatan yang 100% masyarakatnya telah menggunakan sarana sanitasi jamban.

Setelah Kecamatan Gucialit, menyusul kemudian Kecamatan Senduro. Di Kecamatan Senduro, metode ini mendapatkan penguatan pada kerjasama lintas sektor. Kiprah mereka sebagai motivator gotong royong masyarakat dalam membangun jamban, secara signifikan ikut mempercepat ikut mempercepat gerakan di masyarakat, sehingga pada tahun 2008 Kecamatan Senduro berhasil mendeklarasikan diri sebagai Kecamatan ke dua yang mencapai status Open Defecation Free (ODF).

Selain Kecamatan Gucialit dan Kecamatan Senduro, wilayah-wilayah lain terus bergerak dan berlomba untuk mencapai status ODF di wilayah mereka, dengan kecepatan dan hasil yang bervariasi. Kemudian Pemerintah Kabupaten Lumajang bergerak lebih luas dengan komitmen besar mewujudkan status ODF di seluruh wilayah Kabupaten Lumajang.

Komitmen ini semakin realistis untuk dapat dicapai, karena sampai dengan saat ini sudah 2 Kecamatan berhasil melakukan deklarasi status ODF yaitu Kec. Gucialit dan Kec. Senduro. Pada tahun 2010 sebanyak 8 (delapan) Kecamatan lain berpacu untuk mencapai status ODF, dengan 2 (dua) Kecamatan segera menyusul pada bulan April/Mei 2010 (saat ini proses verifikasi sedang dilakukan), yaitu Kec. Padang dan Kec. Kedungjajang.

Sebanyak 6 (enam) Kecamatan lainnya optimis dapat mencapai itu sampai dengan akhir tahun 2010. Sementara mewujudkan ODF Kabupaten menjadi komitmen besar, pencapai pilar-pilar Sanitasi Total lainnya tetap terus bergerak sesuai tujuan dan target yang telah direncanakan.

Pengembangan pilar-pilar lain STBM pasca pencapaian status ODF, contohnya di wilayah Kecamatan Senduro, dapat dilihat pada beberapa kegiatan antara lain :

  1. Pertemuan stakeholder untuk pengembangan kegiatan Cuci tangan pakai Sabun (CTPS).
  2. Untuk mempertahankan status ODF, setiap bulan Agustus diadakan penilaian aspek lingkungan dan sanitasi termasuk kebersihan kantor dan lingkungan.
  3. Beberapa desa berinisiatif melakukan kegiatan lomba tersediri di lingkungan masing-masing.
  4. Adanya kegiatan paguyuban kader menyelenggarakan lomba Balita.
  5. Kegiatan massal bagi kelompok-kelompok Lansia.

Berbagai kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan bentuk pengembangan dan dampak dari rasa kebersamaan dan gotong royong masyarakat.

Upaya Peningkatan Akses

Peningkatan akses sarana sanitasi dasar, khususnya jamban, dilakukan dengan berbagai macam pendekatan. Pola pendekatan ini jika dikelompokan akan tampak sebagaimana uraian berikut :

 

Peran Stakeholder : Peran stakeholder ini pada dasarnya merupakan kegiatan dan kebijakan Pemerintah Kab. Lumajang guna menciptakan lingkungan yang mendukung (enabling environment) pencapaian target Lumajang ODF serta perbaikan sanitasi masyarakat dan pencapaian sanitasi total.

Penerbitan Instruksi Bupati Lumajang Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Program STBM Dalam Rangka Mewujudkan Status Bebas Buang Air Besar Sembarangan Di Kabupaten Lumajang.

Sebagai tindak lanjut komitmen Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Lumajang pada Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, untuk mewujudkan status Open Defecation Free (ODF) pada seluruh wilayah Kecamatan dI Kabupaten Lumajang, ditetapkan Instruksi Bupati Nomor 01 Tahun 2010, tentang Pelaksanaan Program STBM. Intruksi ini khususnya ditujukan kepada Camat dan Kepala Desa/Lurah se – Kabupaten Lumajang.

Dengan instruksi ini diharapkan dapat lebih mengoptimalkan berbagai usaha untuk menggerakkan masyarakat agar berperilaku hanya Buang Air Besar di Jamban, sehingga dapat tercapai status Bebas Buang Air Besar Sembarangan (ODF) di tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan di seluruh wilayah Kabupaten Lumajang

Dengan Instruksi ini Camat dan Kepala Desa/Lurah bergerak cepat dengan tindak lanjut penerbitan Instruksi serupa untuk pada tingkat dibawahnya. Camat dan Kepala Desa/Lurah ini bertugas meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan penggerakan masyarakat di tingkat Kecamatan untuk menetapkan target ODF, menyusun rencana kegiatan, menetapkan kegiatan, strategi serta mekanisme/jaringan kerja dalam rangka mewujudkan wilayah Kecamatan Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (ODF),

Kampanye Peningkatan Akses Sanitasi

Kampanye / sosialisasi program dilakukan antara lain melalui kampanye ODF melalui media massa dan elektronik (radio, website) yang dilakukan oleh Bagian Humas Pemda, serta penerbitan Kalender. Untuk lebih mensosialisasikan target ODF Kabupaten pada seluruh stakeholder, baik ditingkat Kabupaten maupun ditingkat Kecamatan dan Desa, pada penerbitan kalender Pemda edisi tahun 2010, dicantumkan target ODF ini. Cara ini relatif efektif mengingat distribusi calender ini menjangkau hampir diseluruh wilayah Kabupaten.

Program Sanitasi Total khususnya usaha untuk mewujudkan Lumajang ODF ini, juga mendapatkan dukungan dari pihak swasta dan dunia usaha. Keterlibatan mereka antara lain terlihat dari pembuatan spanduk ODF yang tersebar di Desa-Desa yang sudah mencapai status ODF.

Kampanye juga dilakukan melalui pemutaran film ODF di pelosok desa dengan menggunakan mobil multi media si GEMES (Gemar Mengajak Masyarakat Sehat)

FILM ODFKerjasama dengan TNI dan Polri

Belajar dari keberhasilan Kecamatan Senduro, dimana pendekatan penggerakan gotong royong masyarakat terbukti lebih efektif dengan peran aktif Tim STBM/SToPS dari unsur Koramil, Bupati berinisiatif mengirimkan surat kepada Dandim dan Kapolres. Surat ini pada dasarnya meminta bantuan personil Koramil dan Polsek untuk membantu penggerakan gotong royong masyarakat dalam pembuatan jamban sehat. Sebagaimana diketahui Peran unsur Koramil dan Polsek pada Tim Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS) Kecamatan Senduro sangat dominan dan berhasil menfasilitasi penggerakan gotong royong masyarakat, sehingga berhasil terbangun ribuan jamban sehat swadaya masyarakat.

Pelatihan fasilitator STBM

Upaya-upaya untuk lebih meningkatkan permintaan (demand) sanitasi masyarakat juga ditempuh melalui kegiatan Pelatihan fasilitator STBM bagi Tim Kabupaten dan Kecamatan. Mereka dibekali dengan teknik pemberdayaan masyarakat dengan metode CLTS. Pelatihan ini antara lain bertujuan untuk :

  • Meningkatkan ketrampilan Tim Kabupaten dan Tim Kecamatan untuk melakukan gerakan pemicuan di masyarakat.
  • Untuk meningkatkan kesadaran dan swadaya masyarakat dalam usaha meningkatkan kesehatan lingkungan khususnya kepemilikan dan pemanfaatan jamban keluarga

Tim STBM Kabupaten terdiri dari unsure-unsur, TP – PKK Kabupaten, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas PU, Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Bagian Humas, Forum Lumajang Sehat serta Dinas Kesehatan. Sementara Tim Kecamatan berasal unsur – unsure Seksi PMD Kecamatan, TP PKK Kecamatan, Forum Komunikasi Gerbangmas Kecamatan, UPTD Diknas, Koordinator PKM Puskesmas, serta Bidan Puskesmas

PELATIHAN FASILITATOR STBMDari Pelatihan ini lahir rencana tindak lanjut untuk mewujudkan target dan kegiatan status ODF dari Tim Kecamatan dan Tim Kabupaten. Optimisme besar mengiringi penyusunan RTL ini, karena sepanjang tahun 2010 ini 8 (Delapan) Kecamatan menargetkan Deklarasi ODF.

Usaha Peningkatan Supply

Usaha-usaha untuk mengembangkan dan memasok (supply) produk dan pelayanan sanitasi dilakukan dengan beberapa cara dan metode, antara lain dalam bentuk Pelatihan Tukang dan Marketing Sanitasi

Aktivitas pemasaran sanitasi pada dasarnya terdiri dari tiga kerangka utama yaitu kerangka penciptaan demand, pengembangan supply produk dan jasa sanitasi serta lingkungan yang mendukung. Pelatihan tukang sanitasi diharapkan sebagai bagian dari pengembangan produk dan jasa sanitasi, dengan harapan antara lain :

  • Menularkan pengetahuan metode pengelolaan sanitasi dimasyarakat (baik bersifat teknik maupun manajemen)
  • Menjalin kerjasama dengan masyarakat sebagai konsumen dengan pihak lain seperti penyalur/toko sehingga lebih memudahkan masyarakat dalam memilih fasilitas sanitasi yang diinginkan.
  • Mampu menjual fasilitas sanitasi kepada masyarakat.

Penerapan pelatihan ini kemudian ditindak lanjuti dengan munculnya kegiatan marketing sanitasi yang dilakukan oleh Sanitarian Puskesmas. Mereka memasarkan produk sanitasi dalam bentuk katalog jamban dalam berbagai pilihan harga dan kualitas bentuk yang beragam. Sistem pemasaran dilakukan dengan memanfaatkan jaringan kader kesehatan, disamping jaringan Sanitarian di berbagai Puskesmas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Indonesian Public Health Portal