Kesehatan MasyarakatPublic Health

GGAPA, apa?

Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal

Oleh: Munif Arifin

Sebagai awan, pakde Arif sudah dibuat serius mengernyitkan dahi memahami nama kasus ini.

Gagal Ginjal Akut Pada Anak atau GGA
Acute kidney injury atau AKI
Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal atau GGAPA

Minimal beliau sementara hanya butuh mengerti arti Atipikal: tidak normal.

Memang, hampir bersamaan, masalah kesehatan masyarakat itu muncul. Sudah beberapa bulan ini. Monkey pox dan Acute kidney injury atau GGAPA

Kekawatiran keduanya naik level menjadi berstatus kedaruratan kesehatan masyarakat semakin besar.

Pertama, bisa jadi karena kadar alert pandemi COVID-19 (yang belum lagi selesai), masih sedemikian tinggi.

Kedua, karena punya beberapa jejak COVID-19  yang masih sempat terendus. Apa saja bisa dihubungkan. Bisa level antibodi, riwayat infeksi, sejarah vaksinasi, atau lainnya

(di kemudian hari aspek ini mulai berani sedikit disisihkan dari kandidat kausalitas).

Masalahnya menjadi terpantul kesana kemari, diantaranya karena para cerdik pandai masih meraba-raba jenis kuman, bakteri, virus, jasad renik, cemaran kimia, atau lainnya. Sebagai biang  potensial sumber kasus ini. Masih new emerging.

(kemudian hari tersangka utama mengerucut pada masalah kimia)

AKI lebih serius bermasalah, selain faktor penyebab belum diyakini, juga karena case fatality rate yang tinggi.

Pakde Arif,  dalam kapasitasnya sebagai representative amateur Asosiasi Penyuka Medsos, dan Mesin Pencari (Apemsinca) sudah sejak awal browsing tentang AKI ini.

Diantaranya beliau kunjungi jejak digital EG dan DEG di Gambia, yang kemudian menghebohkan dunia sirup di kampung bude itu.

Pakde sebetulnya lebih menunggu detail outline untuk mendapatkan kesimpulan biang kasus ini. Semacam alat bukti, fakta, saksi untuk melengkapi rekonstruksi AKI ini.

Pendekatan syahih yang tentu scientific ini bisa dilakukan para epidemiolog, farmakolog, atau lainnya. Bisa oleh para pakar kimia, biostatistik, klinisi, atau lainnya. Bisa para ahli tata niaga bahan baku farmasi atau industri.

Karena, konon, kausalitas tidak berdiri tunggal, maka varian penyebab AKI ini bisa jadi akan beragam, tumpang tindih. Saling menumpang saling menindih:

Antara EG dengan antobody COVID-19 (misalnya). Atau antara EG dan DEG saja.  Antara DEGEG dengan riwayat vaksinasi. Atau tidak ada kaitan dengan DEGEG. Hubungan dengan usia, jenis kelamin, golongan darah, berat badan lahir, status gizi, riwayat ASI eksklusif.

Jika dilanjutkan bisa dituliskan lagi:
Riwayat infeksi PD3I
Riwayat bentuk obat yang sering dikonsumsi

Pakde bisa menuliskan banyak lagi. Toh beliau bukan peneliti. Loncatan imajinasinya hanya dipengaruhi jenis sarapan apa yang beliau konsumsi tadi pagi.

Setahu pakde, data yang sudah terkumpul tentang AKI ini baru sebatas total sampling kasus. Belum ada pembanding. Total case, belum case control. Analisanya masih di maqom deskriptif. Belum analitik.

Jika pilihan metode sudah semakin lengkap, tentu berharap semakin tergambar kontruksi puzzle penyebab AKI ini.

Menjadi tugas peneliti untuk meng-angka-kan berderet faktor risiko itu dalam rumah Odds Ratio (misalnya), seperti:

  • Sekian persen dari kasus yang punya riwayat mengkonsumsi obat x sirup, sakit GGAPA, atau
  • Balita dengan riwayat terapi obat x dengan dosis y berisiko hampir … kali sakit GGAPA dibandingkan balita yang tidak diterapi itu, atau
  • Tidak ada hubungan bermakna namun trend positif, antara level antibodi covid -19 dengan GGAPA, atau
  • Berdasarkan nilai OR, ASI eksklusif bersifat protektif pada kasus ini,

Ah, sepertinya pakde salah sarapan tadi pagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Indonesian Public Health Portal