Public Health

KLB Berdasarkan Variabel Waktu

Cara Menggambarkan KLB Berdasarkan Variabel Waktu

Menurut Kemenkes (2017), variasi kejadian kasus-kasus suatu penyakit dalam suatu populasi menurut waktu biasanya disebut pola temporal penyakit yang digunakan untuk menggambarkan pola temporal penyakit; periode KLB, yang panjangnya bervariasi tergantung dari lamanya KLB yang bersangkutan. Dari gambaran periode waktu insidens suatu penyakit merupakan pertimbangan yang penting dalam memastikan atau menyingkirkan adanya suatu KLB pada waktu yang tengah berjalan dan dalam meramalkan periode- periode KLB pada masa yang akan datang.

Pembahasan selebihnya mengenai waktu sebagai variabel epidemiologi akan dipusatkan pada pembuatan dan penggunaan kurva epidemi. Sebuah kurva epidemi dibuat terutama untuk :

  1. Menentukan apakah sumber infeksi/diperkirakan bersifat ‘common source’ atau propagated source‘ atau keduanya; dan
  2. Mengidentifikasikan waktu paparan yang diperkirakan dari kasus-kasus terhadap sumber

Untuk menggambarkan kurva epidemi harus diperoleh tanggal mulai sakit (onset of Illness) dari kasus-kasus. Untuk penyakit-penyakit tertentu yang mempunyai masa inkubasi atau masa laten yang sangat pendek, jam mulai sakit harus diperoleh untuk setiap kasus. Selanjutnya, pilihlah interval waktu yang akan digunakan untuk membuat grafik dari kasus-kasus tersebut. Interval waktu yang sesuai, yang dapat bervariasi dari kurang dari satu jam hingga bulanan atau lebih lagi, dipilih berdasarkan masa inkubasi atau masa laten penyakit dan lamanya periode KLB.

Pada suatu KLB penyakit yang mempunyai masa inkubasi dalam hitungan jam (seperti pada penyakit- penyakit yang ditularkan melalui makanan) dengan kasus-kasus yang terbatas dalam hitungan hari, lebih baik digunakan interval satu atau beberapa jam. Sedangkan pada penyakit-penyakit yang mempunyai masa inkubasi dalam hitungan hari, interval harian lebih cocok.

Interval yang sesuai untuk menggambarkan grafik kasus adalah penting untuk penafsiran kurva epidemi nanti. Kesalahan yang paling penting yang dapat dibuat di sini ialah pemilihan interval yang terlalu panjang, seperti dalam hal menggambarkan grafik kasus-kasus keracunan stafilokok menurut minggu atau bulan timbulnya gejala. Interval yang demikian akan menyembunyikan perbedaan- perbedaan kecil dalam distribusi temporal, termasuk gelombang kasus sekunder yang ditimbulkan oleh penularan orang ke orang, sehingga tidak memungkinkan penggunaan grafiknya untuk kedua tujuan utamanya. Suatu pedoman yang berguna dalam memilih interval untuk menggambarkan grafik kasus ialah memilih interval sebedar seperdelapan atau seperempat masa inkubasi penyakit yang bersangkutan. Seringkali ada baiknya membuat beberapa kurva epidemi, masingmasing berdasarkan interval yang berbeda, untuk mendapatkan grafik yang paling baik memperagakan data.

Kurva Epidemi dari KLB dengan ‘Common Source‘ dan ‘Propagated Source

KLB seringkali disebutkan sebagai mempunyai ‘common source‘ (kasus-kasus terjadi karena paparan terhadap sumber yang sama dan umum) atau ‘propagated source‘ (penularan orang ke orang). Pada KLB beberapa penyakit kedua jenis sumber ini mungkin terlibat, kasus­-kasus awal terjadi karena paparan suatu sumber bersama, dan kasus-kasus berikutnya (sekunder) terjadi karena penyebaran orang ke orang.

Lamanya KLB berlangsung dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :

  1. Jumlah orang-orang rentan yang terpapar terhadap suatu sumber infeksi dan menjadi
  2. Periode waktu ketika orang-orang rentan terpapar terhadap su mber itu;
  3. Periode inkubasi minimum dan maksimum dari penyakit itu.
  4. KLB yang melibatkan sejumlah besar kasus, dengan kesempatan paparan terbatas pada satu hari atau kurang, dari suatu penyakit yang mempunyai masa inkubasi beberapa hari atau kurang, biasanya mempunyai kurva epidemi yang mendekati distribusi “normal”

Apabila kurva epidemi demikian didapatkan dalam praktek epidemiologi, kita biasanya dapat menyimpulkan bahwa terdapat suatu sumber “common source” dan bahwa paparan kasus terhadap sumber itu terjadi selama waktu yang pendek (relatif terhadap masa inkubasi maksimum penyakit itu).

Berdasarkan selisih masa inkubasi maksimum dan minimum, lamanya KLB penyakit ini yang disebabkan oleh paparan tunggal dan singkat biasanya adalah 5 jam (6 jam – 11 jam). KLB di atas ternyata berlangsung selama 7 jam.

Dengan paparan yang berkepanjangan dan penularan terus menerus selama masa KLB  berlangsung, periode KLB akan bertambah lama. Paparan yang terputus-putus, akan menghasilkan kurva yang mempunyai puncak-puncak yang jarak waktunya tidak teratur.

Menentukan Periode Paparan yang Paling Mungkin dari Kasus-Kasus dalam KLB ‘Common Source

Dengan mengetahui masa inkubasi rata-rata, maksimum dan minimum dari suatu penyakit yang tengah diselidiki dan tanggal-tanggal mulai sakit dari kasus-kasus, waktu paparan yang paling mungkin dari kasus-kasus terhadap sumber dapat diketahui. Ada dua metode yang sering dipakai untuk hal ini.

Metode pertama menggunakan masa inkubasi rata-rata. Untuk dapat menggunakan metode ini, perlu diidentifikasi tanggal puncak KLB atau tanggal kasus median, lalu dihitung ke belakang selama satu masa inkubasi. Pada KLB yang mempunyai ‘propagated source‘ kasus-kasus terjadi dalam periode yang lebih lama daripada KLB penyakit yang sama yang mempunyai ‘common source‘. Tetapi juga dalam hal ini lamanya masa inkubasi mempengaruhi lamanya KLB dengan ‘propagated source‘.

KLB yang berupa letusan disebabkan karena penularan orang ke orang lebih jarang ditemukan. Apabila terjadi, biasanya melibatkan penyakit yang mempunyai masa inkubasi pendek. Apabila generasi kedua dan ketiga terjadi, interval di antara puncak-puncaknya seringkali mendekati masa inkubasi rata-rata penyakit itu.

Metode kedua menggunakan masa inkubasi minimum dan menghitung ke belakang dari kasus pertama dan menggunakan masa inkubasi maksimum dan menghitung ke belakang dari kasus terakhir. Namun, metode-metode ini hanya dapat dipakai apabila lamanya KLB adalah kira-kira sama atau kurang dari selisih masa inkubasi maksimum dan minimum dari penyakit bersangkutan. Jika lamanya KLB jauh lebih panjang daripada selisih, ini, maka KLB ini mungkin disebabkan oleh ‘common source‘ yang berlangsung terus-menerus atau oleh ‘propagated source‘ atau gabungan keduanya.

Dua keterbatasan dari metode minimum/maksimum untuk mengidentifikasi periode paparan yang paling mungkin. Pertama (misalnya), menghitung ke belakang 15 hari dari kasus pertama menghasilkan tanggal 6 Agustus, satu hari sebelum tanggal paparan yang sesungguhnya (dan bukan, secara ideal, tanggal paparan yang sesungguhnya atau satu dua hari sesudah paparan). Ini mungkin disebabkan karena beberapa hal : kasus pertama bukan ”hepatitis” yang sebenarnya, kasus ini adalah hepatitis, tetapi mendapat paparan di tempat lain dan sebelum pesta, kasus itu mempunyai masa inkubasi yang tidak khas pendeknya, atau tanggal mulai sakit tidak benar.

Kelemahan kedua adalah bahwa dengan menghitung ke belakang 50 hari dari kasus terakhir menghasilkan tanggal 25 Juli, yaitu 12 hari sebelum paparan. Hasilnya adalah periode paparan dugaan yang terlalu panjang. Hal ini disebabkan karena KLB itu hanya berlangsung selama 24 hari, yaitu 11 hari lebih pendek daripada periodenya yang maksimum secara teoritis. Maka dalam hal ini, dan secara umum, periode paparan yang paling mungkin biasanya lebih teliti dan diidentifikasi dengan menggunakan masa inkubasi rata-rata.

Untuk mengidentifikasikan kasus-kasus sekunder (misalnya, di kalangan anggota keluarga), pertama- tama tetapkanlah tempat tiap kasus menurut saat mulai sakit dan keluarganya. Kemudian, untuk kasus-kasus selanjutnya dalam keluarga yang sama bandingkan interval antara dua kasus dengan lamanya masa inkubasi ditambah periode menular dari kasus sebelum mulai sakitnya.

Untuk penyakit hepatitis ini dianggap bahwa lama sakit dan periode menularnya berlangsung hanya satu hari. Masa inkubasi dari penyakit ini adalah 2 – 5 hari. Sebuah “x” menunjukkan hari mulai sakit untuk setiap kasus dalam keluarga yang bersangkutan.

Pada keluarga pertama, interval antara waktu mulai sakit dari kasus pertama dan kasus kedua, dan antara kasus kedua dan ketiga, adalah konsisten dengan penyebaran sekunder. Pada keluarga kedua, kasus kedua dan ketiga keduanya mungkin merupakan penyebaran sekunder dari kasus pertama. Artinya bahwa interval antara saat mulai sakitnya adalah sama besar atau lebih besar dari harga minimum dan sama besar atau lebih kecil dari harga maksimum dari masa inkubasi. Pada keluarga ketiga, interval antara kasus pertama dan kedua adalah lebih besar dari masa inkubasi penyakit, sehingga tidak menu njukkan pada adanya penyebaran sekunder dari kasus pertama.

Demikian pula pada keluarga kedua, kasus yang terjadi pada tanggal 9 tidak dianggap sekunder dari kasus yang terjadi pada tanggal 8 karena interval di antaranya terlalu pendek; dan pada keluarga pertama, kasus yang terjadi pada tanggal 8 adalah sekunder terhadap kasus yang terjadi pada tanggal 14 dan bukan terhadap kasus yang terjadi pada tanggal 1.

Secara umum, penggambaran suatu KLB menurut variabel waktu dianggap terlaksana

dengan baik apabila :

  1. Interval waktu untuk menggambarkan kasus-kasus dalam grafik adalah sesuai untuk mengidentifikasikan periode paparan yang paling mungkin.
  2. Semua kasus yang diketahui telah digambarkan dalam grafik menurut tanggal mulainya gejala.
  3. Kurva dapat dikenal sebagai KLB yang mempunyai ‘common source‘ atau ‘propagated source‘ atau keduanya.
  4. Dalam hal KLB ‘common source‘, tanggal atau periode berikut telah diidentifikasikan: puncak KLB; permulaan, akhir serta lamanya KLB; periode paparan yang paling mungkin dari kasus terhadap sumber.
  5. Selanjutnya, apabila sumbernya adalah ‘common source’ dan ‘propagated source’ bersama­sama, kasus-kasus ‘propagated source’ yang diketahui atau dicurigai dapat diidentifikasikan dan ditunjukkan dalam grafik.

Sumber :

Buku Pedoman Penyelidikan Dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular Dan Keracunan Pangan, (Pedoman Epidemiologi Penyakit), Edisi revisi tahun 2017, Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Indonesian Public Health Portal