Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda, pada derajat yang ringan sampai berat. Beberapa pengertian Kurang Energi Protein (KEP):
Almatsier (2004) mengatakan KEP adalah sindroma gabungan antara dua jenis kekurangan energi dan protein, dimana sindroma ini merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.
Beberapa tipe Kurang Energi Protein (KEP) dapat disebutkan, bahwa KEP atau gizi buruk pada tingkat ringan atau sedang, belum menunjukkan gejala sakit. Masih seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati dengan seksama badannya mulai kurus. Sedangkan bagi KEP yang tingkat berat yang disertai dengan gejala klinis disebut marasmus atau kwashiorkor, dimasyarakat lebih dikenal sebagai “busung lapar”.
Jika kondisi KEP cukup berat dikenal dengan istilah marasmus dan kwashiorkor, masing-masing dengan gejala yang khas, dengan kwashiorkor dan marasmik ditengah-tengahnya. Pada semua derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan disamping gejala-gejala klinis maupun biokimiawi yang khas bagi tipenya. Klasifikasi KEP digunakan untuk menentukan prevalensi KEP disuatu daerah dengan melihat derajat beratnya KEP, hingga dapat ditentukan persentase gizi kurang dan berat di daerah tersebut (Pudjiadi, 2005).
Tipe KEP antara lain adalah sebagai berikut :
Marasmus. Marasmus adalah malnutrisi pada pasien yang menderita kehilangan lebih dari 10 % berat badan dengan tanda-tanda klinis berkurangnya simpanan lemak dan protein yang disertai gangguan fisiologik. Tanpa terjadi nya cedera/kerusakan jaringan atau sepsis (Daldiyono dan Thaha, 1998).
Marasmus disebabkan oleh kekurangan energi. Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting/merusak. Marasmus pada umumnya merupakan penyakit pada bayi (dua belas bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan. Marasmus merupakan penyakit kelaparan dan terdapat pada kelompok sosial ekonomi rendah (Almatsier, 2004).
Gejala klinis dari tipe KEP marasmus menurut Depkes RI, tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar), perut cekung, iga gambang dan sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) serta diare kronik atau konstipasi/susah buang air.
Kwashiorkor. Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering terjadi pada anak yang terlambat menyapih sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbang terutama dalam hal protein. Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup atau lebih (Almatsier, 2004).
Adapun gejala klinis dari tipe KEP kwashiorkor adalah ; edema umumnya diseluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak ; wajah membulat dan sembab ; pandangan mata sayu ; rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok ; perubahan status mental, apatis dan rewel ; pembesaran hati ; otot mengecil (hipotropi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk ; kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Crazy pavement dermatosis) dan sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut serta anemia dan diare.
Marasmus-Kwashiorkor. Tipe marasmus-kwasiorkor terjadi karena makanan sehari-harinya tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan normal. Pada tipe ini terjadi penurunan berat badan dibawah 60 % dari normal.
Gejala klinis dari tipe marasmus dan kwashiorkor adalah merupakan gabungan antara marasmus dan kwashiorkor yang disertai oleh edema, dengan BB/U < 60 % baku Median WHO NCHS. Gambaran yang utama ialah kwashiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan pengurangan lemak bawah kulit seperti pada marasmus. Jika edema dapat hilang pada awal pengobatan, penampakan penderita akan menyerupai marasmus. Gambaran marasmus dan kwashiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi oleh kekurangan protein yang parah.
Langkah-Langkah Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor…
Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara Dalam Ruang Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi…
Tahap Sanitasi Alat Makan dan Pencegahan Kontaminasi Makanan Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab…
Unsur dan Sub unsur Kegiatan dalam Penilaiang Jabfung Bidan Sebagaimana kita ketahui, hampir pada mayoritas…
Pemetaan Sarana pada Kegiatan inspeksi sanitasi Air Bersih dan Air Minum Sebagaimana kita ketahui, surveilans…
Download Form Penyelidikan Epidemiologi Avian Influenza H5N1 Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82…
View Comments
mbak.. sayag bingung denga penjelas kwarshiorkor
bukannya kwarshiorkor itu disebabkan karena kekurangan protein
kenpa ada pernyataan para ahli kwarshiorkor bisa disebabkan karena kelebihan energi atau protein
setau saya kalau sudah yang namanya kelebihan itu pasti akan menyebabkan overweight?
maaf, mau bantu jawab. energi tidak sama dengan protein. energi itu karbohidrat. baik karbohidrat, lemak maupun protein nantinya akan diubah menjadi gula sbg energi. nah kalo kwashiorkor kan kekurangan protein, yaudah kurang asupan protein, kalau dia makan karbohidrat atau lemak yang banyak ya tetep aja proteinnya sedikit, protein itu salah satunya sebagai alat untuk menjaga keutuhan sel, ya kalau kurang protein bisa bengkak-bengkak, kulitnya lembek ga kenceng lagi, dll. sedangkan kalo marasmus yang kekurangan asupan energi, kalo kurang protein juga bisa kan protein bisa diubah jadi energi juga.
Terimakasih atas informasinya. Sangat bermanfaat sekali bagi saya..