Pada bulan Mei 2012, World Health Assembly (WHA) mendeklarasikan bahwa eradikasi polio adalah salah satu isu kedaruratan kesehatan masyarakat dan perlu disusun suatu strategi menuju eradikasi polio (Polio Endgame Strategy). Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi bebas polio bersama dengan negara anggota WHO di South East Asia Region (SEAR) pada bulan Maret 2014, sementara itu dunia masih menunggu negara lain yang belum bebas polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria.
Untuk mempertahankan keberhasilan tersebut dan untuk melaksanakan strategi menuju eradikasi polio di dunia, Indonesia melakukan beberapa rangkaian kegiatan yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian vaksin trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) dan introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV). Pada akhir tahun 2020 diharapkan penyakit polio telah berhasil dihapus dari seluruh dunia.
Untuk melengkapi pemahaman kita tentang penyakit polio berikut tulisan terkait polio berdasarkan Kemenkes (2011), yang memuat antara lain :
Pada tahun 1789 Michael Underwood membuat deskripsi penyakit polio sebagai suatu kesatuan klinik yang utuh, disusul pleh Heine pada tahun 1840 merinci kelainan klinisnya dan tahun 1870 Medin melaporkan gambaran epidemiologisnya.
Penyakit polio dilaporkan sebagai kejadian luar biasa pertama kali pada tahun 1948 dan laporan terakhir virus polio liar di Indonesia tahun 2006.
Gambaran Klinis
Manifestasi klinis Polio dapat berupa:
Etiologi
Virus terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae. Perbedaan tiga jenis strain terletak pada sekuen nukleotidanya. VP1 adalah antigen yang paling dominan dalam membentuk antibodi netralisasi. Strain-1 adalah yang paling paralitogenik dan sering menimbulkan wabah, sedang strain-2 paling jinak.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.
Sumber dan Cara Penularan
Virus ditularkan oleh infeksi droplet dari orofaring (saliva) atau tinja penderita yng infeksius. Penularan terutama terjadi dari penularan langsung manusia ke manusia (fekal – oral atau oral-oral) pada waktu 3 hari sebelum dan sesudah masa prod romal.
Pengobatan
Tatalaksana kasus lebih ditekankan apada tindakan suportif dan pencegahan terjadinya cacat, sehingga anggota gerak diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin. Sebaiknya penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa akut.
Polio abortif memerlukan analgesik atau sedativa, diet yang adekuat dan istirahat sampai panas turun, aktifitas minimal selama 2 minggu dan pemeriksaan neuromuskuloskeletal yang teliti setelah 2 bulan. Polio nonparalitik sama dengan polio abortif, ditambah penggunaan kompres untuk mengurangi spasme otot. Penderita polio paralitik harus dirawat di rumah sakit sampai fase akut dilewati. Perawatan khusus diperlukan pada penderita dengan kelumpuhan bulbar atau ensefalitis, sesuai dengan derajat berat penyakitnya.
Epidemiologi
Pada tahun 2005-2006 terjadi Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia. Kasus pertama dilaporkan dari kab. Sukabumi (Jawa Barat). Dalam kurun waktu 10 bulan Virus Polio Liar menyebar ke 47 Kab./Kota dan 10 Provinsi di Jawa dan Sumatera, dengan jumlah kasus 303 pada tahun 2005 dan 2 kasus pada tahun 2006. Kasus terakhir yang dilaporkan berasal dari Aceh Tenggara pada tanggal 26 Februari 2006 dan kasus tambahan yang diambil spesimennya pada tanggal 13 April 2006 menunjukkan hasil positif virus polio liar tipe 1.
Pada tanggal 9 Juni 2005 terjadi Kejadian Luar Biasa VDPV pertama kali di 5 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, dengan total 46 kasus.
Kejadian Luar Biasa
Definisi KLB: ditemukannya satu kasus polio liar atau cVDVP. Kejadian KLB polio dapat dinyatakan berakhir setelah paling sedikit selama enam bulan sejak ditemukan virus polio terakhir, tidak ditemukan virus polio. Keadaan tersebut sebagai hasil dari serangkaian upaya penanggulangan dan berdasarkan pemantauan ketat melalui pelaksanaan surveilans AFP dan virus polio.
Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi kasus polio adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis (pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis) di lokasi kejadian untuk :
Penanggulangan KLB
Merupakan serangkaian kegiatan untuk menghentikan transmisi virus polio liar atau cVDPV di seluruh wilayah Indonesia, dan upaya pencegahan kecacatan yang lebih berat karena menderita poliomielitis anterior akuta. Penanggulangan KLB meliputi tatalaksana kasus dan pemberian imunisasi.
Penatalaksaaan Kasus Polio
Imunisasi
Respon Imunisasi OPV Terbatas (Outbreak Response Immunization)
Imunisasi OPV Terbatas atau disebut Outbreak Response Immunization (ORI) adalah pemberian 2 tetes vaksin polio oral (OPV) kepada setiap anak berumur <5 tahun di desa/kelurahan berisiko penularan virus polio (terutama desa tempat tinggal kasus dan desa¬desa sekitarnya) tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya, sesegera mungkin (3×24 jam pertama) dan selambat-lambatnya minggu pertama sejak terdeteksi adanya kasus atau virus polio. Imunisasi OPV Terbatas (ORI) tidak dilakukan lagi dalam seminggu terakhir sebelum pelaksanaan Imunisasi Mopping up.
Tujuan Imunisasi OPV Terbatas untuk mencegah timbulnya penyakit polio pada anak-anak yang kontak erat serumah, sepermainan (penularan langsung) dan anak-anak yang kemungkinan tertular virus polio melalui pencemaran virus polio secara fekal-oral
Pelaksanaan Imunisasi Mopping Up
Imunisasi mopping–up dilaksanakan pada wilayah yang telah bebas polio, yang kemudian terjadi transmisi virus polio secara terbatas yang dibuktikan melalui surveilans AFP yang memenuhi standar kinerja WHO. Imunisasi mopping-up adalah pemberian 2 tetes vaksin OPV(Oral Polio Vaccine) monovalen yang spesifik untuk satu tipe virus polio (mOPV) yang diberikan secara serentak pada setiap anak berusia < 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya serta dilaksanakan sebagai kampanye intensif dari rumah ke rumah dan mencakup daerah yang sangat luas.
Seringkali untuk memudahkan pemahaman masyarakat tentang tindakan imunisasi ini, maka Imunisasi mopping-up pada satu atau beberapa Provinsi disebut sebagai Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub-PIN), sementara Imunisasi Mopping Up di seluruh wilayah Indonesia disebut sebagai Pekan Imunisasi Nasional (PIN).
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Untuk meningkatkan sensitifitas dalam mengidentifikasi kemungkinan masih adanya kasus polio dan penularan virus polio liar di suatu wilayah, maka pengamatan dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya layuh (flaccid), seperti sifat kelumpuhan pada poliomielitis, dan terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun. Penyakit-penyakit yang mempunyai sifat kelumpuhan seperti poliomielitis disebut kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP). Dan pengamatannya disebut Surveillans AFP (SAFP).
Secara garis besar, tujuan surveilans AFP adalah:
Adanya laporan kasus dari negara-negara yang berpotensi menyebarkan virus polio juga merupakan kewaspadaan dini polio. Kementerian Kesehatan RI akan membuat surat edaran ke provinsi dan kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan meningkatkan surveilans AFP. Penanggulangan KLB Polio ditujukan pada upaya pengobaan penderita untuk mencegah komplikasi yang berat serta sekaligus menghilangkan sumber penularan.
Sumber : 1). Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit), Edisi Revisi Tahun 2011, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011; 2). Petunjuk Teknis Pekan Imunisasi Nasional (Pin) Polio Tahun 2016 Kementerian Kesehatan Ri 2015
Pengertian, Etiologi, dan Penyebaran Diare Menurut Depkes RI (2007), diare adalah buang air besar lembek…
Definisi Operasional Baru sesuai Permenkes 413 tahun 2020 Sebagaimana kita ketahui saat ini sudah berlaku…
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies di lapangan Menurut Kemenkes (2017), penyakit rabies merupakan…
Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji mencapai istithaah kesehatan jemaah haji untuk menuju Keluarga Sehat”(Petunjuk Teknis…
The Columbia University School of Public Health 40+ Guide to Good Health A guide to…
Tujuan dan Tahapan Penyelidikan Epidemiologi Covid-19 Sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19), Kemenkes…