Berandai-andai pada Omicron

Sampai saat ini, Bude Jamilah masih konsisten mengikuti alur pandemi. Lengkap dengan hiruk pikuk cerita berlatar belakang kampung halaman, nun jauh diujung tenggara Surabaya itu.

Pun hingga saat ini, pada tahap bayang-bayang potensi omicron naik level menjadi gelombang ke-tiga.

Para pengambil kebijakan tentu sudah belajar banyak dari gelombang delta di pertengahan tahun 2021 kemarin. Saat ketika delta menggila di India, dan kita gagal menangkap pesan mencekam itu.

Saat itu tidak terdengar upaya serius pencegahan varian ini. Screening di berbagai pintu masuk negara, di bandara, pelabuhan, masih sangat longgar. Kita gamblang mengikuti berita di berbagai media, eksodan dari India leluasa masuk di berbagai bandara.

Bude kemudian getir menyaksikan sanak saudara, teman, handai taulan menjadi kurban delta.

Di kampung Bude, kasus dan kematian meningkat 3 kali lipat dibandingkan tahun 2020. Sementara Khabar santer menyeruak, hampir terjadi krisis oksigen. Terjadi permasalah serius pada pasokan oksigen ke berbagai rumah sakit.

Setiap saat suara ambulans jenazah meraung memecah keluguan kampung. Petugas kesehatan hilir mudik melakukan pelacakan kasus demi kasus. Setiap hari tanpa kepastian tanda-tanda berhenti.

Bagaimana dengan omicron?

Tentu kita belajar banyak dari delta. Setelah delta mengharu biru, tentu para pengambil kebijakan belajar serius dari “kecolongan” itu.

Kemudian dilakukan penjagaan serius di pintu masuk negara. Karena logika awal terlihat simpel. Omicron masih berada diluar teritory kita. Di Afrika Selatan, Inggris, Eropa, atau di tetangga kanan kiri kita.

Namun disisi lain kita tentu sangat mafhum. Covid-19 sangat mudah bermanuver. Daya infiltrasinya sungguh sulit dipantau, sulit dicegah. Persis seperti trojan, atau Malware, atau virus pada komputer lainnya yang selalu menuntut update Anti virusnya.

Hal diatas kemudian terbukti dengan release pertama omicron di Indonesia. Pada crew wisma atlit di Jakarta. Kemudian disusul di beberapa wilayah lain.

Sangat wajar jika kemudian Bude Jamilah bergegas menyusun hepotesis instant. Bahwa sebenarnya omicron sudah ada di kampung Bude. Sebelum laboratorium di Afsel sana mengumumkan jenis mutant itu.

Siapa tahu.

Sama – sama anak cucu trah Covid-19 alumni Wuhan. Pola proses eksodus hampir serupa. Juga sama-sama masih berada pada timeline proses mutasi virus baru sebagaimana seharusnya.

Pertanyaan hepotesis bude masih berlanjut:

  • Bagaimana kita bersikap pada omicron?
  • Bagaimana bentuk spesifik pola pencegahan menghadapi para mutant berikutnya?
  • Setelah trend kasus menurun konsisten, seperti apa sebenarnya peta covid-19 (pasca omicron) saat ini?
  • Seberapa lama lagi efektifitas vaksinasi dan protokol kesehatan bekerja pada kemungkinan mutasi-mutasi berikutnya?

Wallahu a’lam

(jRenk’22)

 

 

 

kesmas

Recent Posts

Prosedur Pelayanan Balita Gizi Buruk

Alur Pelayanan Balita Gizi Buruk di Puskesmas Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tiga…

19 hours ago

Pedoman WHO Kualitas Udara dalam Ruangan

Pedoman WHO Untuk Kontrol Kualitas Udara dalam Ruangan, terkait Kelembaban dan Jamur Terdapat sebuah pedoman…

1 day ago

Juknis Akreditasi Puskesmas Tahun 2022

Download Keputusan Dirjend Yankes Nomor HK.02.02/I/3991/2022 Tentang Juknis Akreditas Puskesmas Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan…

2 days ago

Dowonload Perpres Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Kementerian Kesehatan

Dowonload Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Kementerian Kesehatan Peraturan Presiden Nomor…

2 days ago

Download Juknis Kampanye dan Introduksi Imunisasi MR

Petunjuk Teknis Kampanye dan Introduksi Imunisasi Measles Rubella (MR) 2017 Sebagaimana kita ketahui, pada bulan…

3 weeks ago

Pentingnya Kalsium Bagi Tubuh

Fungsi Kalsium Bagi Tubuh Kalsium merupakan mineral yang sangat penting bagi manusia. Fungsi kalsium dalam…

3 weeks ago