Terdapat Sebuah panduan praktis (edisi kedua) yang diterbitkan oleh Department of Communicable Disease, Surveillance and Response WHO. Panduan ini kami rasa penting perlu diketahui oleh rekan-rekan Sanitarian dan praktisi kesehatan masyarakat lainnya.Berikut sekilas beberapa poin dalam panduan ini
Infeksi nosokomial – juga disebut sebagai suatu “infeksi didapat di rumah sakit” dapat didefinisikan sebagai Infeksi yang diperoleh pasien yang dirawat di rumah sakit. Pengertian lain juga menyebut sebaga sebuah infeksi yang terjadi pada pasien yang melakukan perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana infeksi ini tidak ditemukan atau tidak dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk rumah sakit.
Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan mempengaruhi baik pada negara maju maupun negara miskin sumber daya. Infeksi ini merupakan salah satu penyebab utama kematian dan morbiditas meningkat pada pasien rawat inap. Mereka adalah beban yang signifikan baik bagi pasien maupun kesehatan masyarakat. Sebuah survei prevalensi dilakukan di bawah naungan WHO yang dilakukan pada 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 wilayah WHO (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menunjukkan
Dampak infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial juga salah satu penyebab utama kematian. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan inos cukup besar, antara lain karena memperpanjang masa tinggal rawat inap pasien di rumah sakit, merupakan kontributor terbesar untuk kenaikan komponen biaya. Satu studi menunjukkan bahwa peningkatan secara menyeluruh dalam durasi perawatan di rumah sakit (karena inos), untuk pasien dengan infeksi luka bedah adalah 8,2 hari, mulai dari 3 hari untuk ginekologi menjadi 9,9 untuk operasi umum dan 19,8 untuk bedah ortopedi.
Masa tinggal yang berkepanjangan tidak hanya meningkatkan biaya langsung kepada pasien tetapi juga biaya tidak langsung karena kehilangan pekerjaan. Peningkatan penggunaan obat-obatan, kebutuhan untuk isolasi, dan penggunaan laboratorium tambahan dan studi diagnostik lainnya juga berkontribusi terhadap biaya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan infeksi nosokomial, antara lain :
Faktor Agent Penyakit (the microbial agent)
Kontak antara pasien dan mikroorganisme tidak dengan sendirinya secara klinis mengakibatkan perkembangan penyakit. Terjadinya infeksi tergantung sebagian pada karakterstik mikroorganisme, termasuk ketahanan terhadap agent, virulensi intrinsik, dan jumlah bahan infektif. Banyak jenis bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang diperoleh dari orang lain di rumah sakit (infeksi silang) atau mungkin disebabkan oleh flora pasien sendiri. Beberapa organisme dapat diperoleh dari benda mati atau infeksi dari lingkungan. Kemajuan dalam pemakaian antibiotik telah secara signifikan mengurangi resiko terjadinya infeksi karena bakteri, dan telah menurunkan tingkat kematian penyakit menular.
Kerentanan Pasien (patient susceptibility)
Faktor penting pasien yang mempengaruhi terjadinya. Pasien dengan penyakit kronis seperti leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, atau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) memiliki peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
Faktor Lingkungan (environmental factors)
Pengaturan lingkungan perawatan harus dilakukan dengan baik. Lingkungan sebagai tempat berkumpul orang memungkinkan terjadinya peningkatan interaksi antara orang yang terinfeksi dan orang-orang beresiko terinfeksi. Pasien dengan infeksi dirawat di rumah sakit atau mikroorganisme patogen merupakan sumber potensial dari infeksi baik pada pasien maupun staf.
Faktor Resistensi Bakteri (bacterial resistance)
Banyak pasien menerima obat antimikroba. Melalui seleksi dan pertukaran elemen resistensi secara genetik, penggunaan antibiotik berpotensi memunculkan strain bakteri yang resisten terhadap obat. Meluasnya penggunaan antimikroba untuk terapi atau profilaksis merupakan penentu utama resistensi. Agen antimikroba dalam beberapa kasus, menjadi kurang efektif karena resistensi. Banyak strain pneumococci, staphylococci, enterococci, dan TBC saat ini resisten terhadap sebagian besar atau semua antimikroba yang dulunya efektif.
Panduan WHO untuk pencegahan infeksi nosokomial ini secara detail berisi hal-hal sebagai berikut :
Chapter I. Epidemiology of nosocomial infections
Chapter II. Infection control programmes
Chapter III. Nosocomial infection surveillance
Chapter IV. Dealing with outbreaks
Chapter V. Prevention of nosocomial infection
Chapter VI. Prevention of common endemic nosocomial infections
Chapter VII. Infection control precautions in patient care
Chapter VIII. Environment
Chapter lX. Antimicrobial use and antimicrobial resistance
Chapter X. Preventing infections of staff
Jika memungkinkan akan kita tuliskan pada posting berikutnya, detail per bab panduan ini. Dokumen lengkap dapat rekan-rekan akses di http://www.who.int/emc
Field Guide to Environmental Engineering for Development Workers: Water, Sanitation, and Indoor Air Throughout the…
Alur Pelayanan Balita Gizi Buruk di Puskesmas Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tiga…
Pedoman WHO Untuk Kontrol Kualitas Udara dalam Ruangan, terkait Kelembaban dan Jamur Terdapat sebuah pedoman…
Download Keputusan Dirjend Yankes Nomor HK.02.02/I/3991/2022 Tentang Juknis Akreditas Puskesmas Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan…
Dowonload Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Kementerian Kesehatan Peraturan Presiden Nomor…
Petunjuk Teknis Kampanye dan Introduksi Imunisasi Measles Rubella (MR) 2017 Sebagaimana kita ketahui, pada bulan…