Oleh: Munif Arifin Kelok kali itu kian menjauh Buram pas diujung pantulan Kubah Riaknya lirih Keluh kesahnya segera ditelikung perdu colocasia esculenta (Kami terus saja bersapa basa basi disepanjang becek jalan setapak. Untuk kesekian kali). Saat menjemput pagi. Atau saat lari tersipu dihardik buram senja. Saat ini).Pantulan Kubah telah lama (kami rasa) menjadikan disharmoni pupil, lensa, dan retina Silaunya berderet mengacaukan delivery pesan nervus kranial (Sering kali kami salah sangka pada serakan eksotis cumulonimbus. Atau siul ceria burung kedasih) Pantulan kubah itu kini kian temaram dihabisi tebal senja. Yang empunya cahaya diam pas 18 derajat dibawah cakrawala Pantulan kubah itu kian tipis pudar menjauh raib diujung kelok kali (Kami kian ndak enak hati. Oleh sumpah serapah dan gundah keluarga reptil vertebrata. Yang pandangan matanya terhalang gelab gulma). Seketika kami percepat langkah. Toh diujung sana kian terasa letak dasar pilar kubah Yang pantulanya telah ditalak kelok kali. Tadi. (Akhir Juli ini)
The Columbia University School of Public Health 40+ Guide to Good Health A guide to…
Tujuan dan Tahapan Penyelidikan Epidemiologi Covid-19 Sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19), Kemenkes…
Teori dan Tahap Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Belajar dari berbagai pendekatan pembangunan terdahulu, sebagian pendapat…
Tahap dan Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Air Susu Ibu biasanya diberikan 30 menit setelah kelahiran…
Efek Pencemaran Timbal Terhadap Kesehatan Diantara semua sistem pada organ tubuh, sistem syaraf merupakan sistem…
Tafsir Endemi dan Demand Vaksinasi Covid-19 Oleh: Munif Arifin Setali tiga uang, trend kasus …