Sebagaimana disinggung pada tulisan terdahulu, berdasarkan data jumlah Posyandu yang mati suri masih cukup tinggi (kalau tidak dinyatakan makin bertambah secara signifikan). Komponen kader kesehatan sebagai ujung tombak pelaksanaan Posyandu, semakin hari juga semakin berkurang baik jumlah maupun kualitasnya. Hal ini, antara lain juga terkait berdasarkan aspek geografis, di kota atau di desa.
Menurut Mainous (2003), masalah yang dihadapi Posyandu perkotaan lebih sering pada jumlah kunjungan yang sedikit. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri masyarakat kota yang cenderung indivualisme, materialistis, tuntutan pelayanan yang profesional, kepekaan social yang tinggi, mengutamakan untung rugi, dan pendidikan yang relatif tinggi. Masyarakat yang menuntut pelayanan cepat, tepat waktu, walaupun masyarakat harus membayar lebih tinggi.
Perbedaan pengertian antara masyarakat kota dan desa, menurut Aziz (2001), sebuah comunity dibagi menjadi katagori urban dan katagori rural. Terdapat perbedaan yang komplek dan unik antara desa dan kota. Disebut rural comunity jika jumlah comunitas berjumlah relatif sedikit dan bermatapencaharian sebagian agraris, sedangkan urban comunity jumlah anggota masyarakatnya relatif banyak dan mata pencaharian utama adalah berdagang dan industri.
Sementara menurut Kassum (2003), yang disebut kota adalah daerah-daerah yang menjadi pusat dari pelayanan kesehatan, kebudayaan, sosial, ekonomi, pendidikan, dan komunikasi sehingga kota mudah berkembang. Di kota terdapat pusat pelayanan kesehatan yang merupakan pusat rujukan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap. Sedangkan pelayanan kesehatan yang ada di desa berupa poliklinik bersalin desa, puskesmas. Apabila ada penyakit yang tidak dapat ditangani dengan fasilitas pelayanan yang ada di desa maka tempat rujukan pelayanan kesehatan yang tepat adalah rumah sakit yang letaknya berada di kota. Mengingat terbatasnya sarana pelayanan kesehatan, hiburan, pendidikan dan komunikasi, mengakibatkan banyak masyarakat desa yang urbanisasi ke kota karena kota memiliki daya tarik yang tinggi.
Posyandu di pedesaan sangat berperan dalam peningkatan derajad kesehatan. Fungsi posyandu bagi masyarakat pedesaan sangat berarti. Mengingat jarak pedesaan dengan sarana pelayanan kesehatan jauh faktor demografi dan sosioekonomi seperti ras, etnik, pendidikan dan budaya berhubungan erat dengan kesehatan dan pola hidup antara masyarakat. Menurut pendapat Azwar (1997), bahwa perbedaan yang ditemukan untuk posyandu yang ada di daerah pedesaan maupun perkotaan terletak pada masalah kesehatan yang dihadapi. Posyandu di pedesaan lebih banyak menghadapi masalah kesehatan, sehingga jenis pelayanan lebih banyak mengutamakan kegiatan yang berhubungan dengan program-programkesehatan masyarakat. Sedangkan posyandu di perkotaan hanya bersifat pelayanan dasar saja karena pelayanan kesehatan di kota lebih banyak menginginkan pelayanan cepat, profesional dan disertai peralatan lengkap.
Pengertian kader kesehatan menurut Mantra (1983), adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela. Agar kader mampu dan mau melaksanakan tugasnya, yaitu membantu masyarakat untuk bisa menolong dirinya sendiri dan berperan serta aktif dibidang kesehatan mereka perlu dipersiapkan dan dikembangkan. Persiapan kader harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, karena di tangan mereka terletak keberhasilan pengembangan dan pembinaan peran serta masyarakat yang sangat penting itu. Persiapan pelatihan kader yang kurang baik dapat mengakibatkan dan pandangan negatif pihak masyarakat terhadap usaha-usaha yang dilaksanakan.
Sedangkan menurut WHO (1993), Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau perempuan yang di pilih masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan baik perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan dasar. Sebagai kader diharapkan mereka melakukan pekerjaannya secara sukarela tanpa menuntut imbalan berupa uang atau materi lainnya. Meskipun pada mulanya hanya ditunjuk dan tidak tahu apa-apa, tetapi sebagian dari mereka tidak merasa keberatan, tidak menyesal dan tidak merasa terpaksa (Kurniasi, 2002).
Keterampilan petugas Posyandu menurut Azwar (1996), merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistim pelayanan di posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari Ibu-ibu balita sehingga terkesan ramah, baik, pelayanannya teratur hal ini yang mendorong Ibu-ibu rajin ke posyandu. Ketrampilan disini dilihat dalam usaha melancarkan proses pelayanan di posyandu.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan pada saat pelatihan kader menurut Mantra (1983), harus disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan pelatihan kader antara lain untuk mengembangkan pengetahuan kader yang terkait dengan
Kegiatan posyandu terdiri atas lima kegiatan, antara lain meliputi a). pendaftaran, b). penimbangan, c). pencatatan, d). kegiatan penyuluhan, e). pemberian makanan tambahan dan pelayanan kesehatan
Pembinaan teknis kepada kader sangat diperlukan mengingat kader tak mungkin sekaligus diberi segala pengetahuan dan ketrampilan yang mereka perlukan. Pengetahuan dan ketrampilan kader perlu dibina terus oleh petugas-petugas teknis dari berbagai lintas sektor sesuai dengan bidangnya. Selain pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan program kegiatan untuk meningkatkan pelayanan di posyandu. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu melalui kursus, pelatihan dan refreezing secara berkala sehingga kualitas dan keahlian dalam menangani pelayan penimbangan di posyandu lebih profesional. Dengan cara ini diharapkan kelestarian kader dapat dipertahankan, karena mereka ditunjang oleh suatu kegiatan yang menjamin hidupnya.
Refference antara lain : Kassum J., et al. 2000. Health Strategy in a Post Crisis Decentralizing Indonesia, Journal The World Bank Human Development Sector Unit East Asia and Pacific Region Report; Azwar, A. 1996 Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan; Mainous., A., et al . 2005. A Comparison of Haealth Status Between Rural dan Urban Adult, Journal of Comunity Health; Mantra. I. B., (1983) Kader Tenaga Harapan Masyarakat, Depkes RI; Muninjaya, A., A., G. 2004. Manajemen Kesehatan, EGC
Demam Derdarah dan Aedes Aegypti, Siklus Hidup dan Karakteristik Masalah yang selalu menghantui kita setiap…
Field Guide to Environmental Engineering for Development Workers: Water, Sanitation, and Indoor Air Throughout the…
Alur Pelayanan Balita Gizi Buruk di Puskesmas Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tiga…
Pedoman WHO Untuk Kontrol Kualitas Udara dalam Ruangan, terkait Kelembaban dan Jamur Terdapat sebuah pedoman…
Download Keputusan Dirjend Yankes Nomor HK.02.02/I/3991/2022 Tentang Juknis Akreditas Puskesmas Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan…
Dowonload Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Kementerian Kesehatan Peraturan Presiden Nomor…
View Comments
ini sumbernya didapat darimana ya?? bisa saya minta sumber penulisan artikel ini? saya butuh untuk bahan referensi penelitian. terima kasih :)