Komunikasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, dan mekanisme (KISSMe) pada Proses Koordinasi
Kembali mengulas pengertian koordinasi, sebagai salah satu kata yang sering dijadikan alasan jika suatu program atau target kurang optimal dijalankan. Kita sering menyebutnya dengan alasan kurang koordinasi. Namun sebetulnya kita dapat menilai kegiatan dan program kita bermasalah dari aspek koordinasi atau tidak, dengan mengurai unsur-unsur koordinasi. Jika salah satu atau keseluruhan komponen ini tenyata bermasalah, maka kita dapat lebih spesifik mencari alternatif pemecahan masalahnya, bukan hanya sekedar mnghantam “koordinasi” sebagai rumah induknya.
Salah satu pengertian menyebutkan bahwa koordinasi merupakan aktifitas dan fungsi manajemen yang dilakukan untuk mengusahakan terjadinya kerjasama yang selaras dan tertib mengarah pada tercapainya tujuan organisasi secara menyeluruh
Pada dasarnya proses koordinasi mempunyai empat unsur penting dalam pelaksanaanya, yang meliputi antara lain Komunikasi, Integrasi, Sinkronisasi, Simplifikasi, dan Mekanisme (Sulistyowati, dkk. 1999).Koordinasi dibangun dari unsur-unsur ini. Kita dapat mengoptimalkan koordinasi dengan melakukan perbaikan dan sentuhan padanya.
Komunikasi.
Komunikasi menurut Koontz, O’Donell dan Weihrich adalah penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima dan informasi itu dapat dipahami oleh si-penerima. Sedangkan fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai sarana memadukan aktifitas-aktifitas yang terorganisasi (Kadarman dan Udaya, 1992).
Berdasar pengertian tersebut dapat diartikan maksud yang sesungguhnya dari kata komunikasi adalah bahwa antar orang yang memberikan informasi dengan orang yang menerima, sama persepsi (pandangan) dan berkenan dengan informasi tersebut (Syafiie, 1998). Sedangkan indikator komunikasi efektif untuk koordinasi adalah informasi yang bermutu yaitu cepat, jumlah cukup, dan tepat waktu (Sulistyowati, dkk. 1999).
Komunikasi merupakan proses yang berada dalam berbagai fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian, sehingga memegang peranan penting dalam proses koordinasi karena pada dasarnya pendekatan pertama dan utama dalam koordinasi adalah komunikasi, karena komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Sehingga dengan demikian koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran, dan pemrosesan informasi.
Komunikasi terdiri dari dari dua macam yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal (Syafiie, 1998) :
Komunikasi Formal : Terdapat beberapa macam komunikasi formal antara lain penekanan legitimasi, pengaturan secara keras (koordinasi tertib namun meresahkan), pengaturan secara bujuk (demokratis namun lambat dan kurang efektif), penekanan keahlian, pendekatan penekanan janji (persetujuan lengkap yang harus dipatuhi), bila ingkar dianggap tak mau dikoordinasikan, serta pendekatan penekanan kesadaran (menciptakan inner discipline).
Berbagai hal yang sangat elementer dalam memahami teknik berkomunikasi secara efektif menurut Ba’agil (2000) antara lain:
Integrasi.
Yaitu suatu usaha untuk menyatukan tindakan-tindakan berbagai badan, instansi, unit, sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama (Sugandha, 1991). Adanya Standar Operating Procedure (SOP, atau Protap) adalah salah satu contoh indikator kegiatan integrasi. Aturan dan prosedur pelaksanaan kegiatan dapat tercermin dari protapnya (Sulistyowati, dkk. 1999).
Sinkronisasi.
Adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan-kegiatan, tindakan-tindakan pada unit-unit sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja.
Adanya kejelasan pembagian tugas merupakan petunjuk pelaksanaan sinkronisasi. Sinkronisasi akan menurunkan tugas-tugas yang saling tumpang tindih sehingga menurunkan duplikasi kegiatan, bahkan meniadakan kegiatan yang tidak perlu (Sulistyowati, dkk. 1999).
Sinkronisasi menjadi penting dalam koordinasi karena terbukti dalam menejemen pemerintahan di Indonesia, banyak ditemui tumpang tindih pekerjaan karena tidak adanya koordinasi kendati keseluruhannya itu dapat disinkronisasikan, diatur demi tujuan dan kepentingan bersama (Syafiie, 1998).
Simplifikasi.
Adalah penerapan yang terorganisisir daripada akal sehat untuk menemukan cara-cara yang lebih baik dan lebih mudah dalam menjalankan suatu tugas. Hal tersebut dapat dilakukan antara lain dengan membuat program-program yang dibuat realistik, sederhana dan dapat dikerjakan. Misalnya tujuan umum dibuat disederhanakan menjadi tujuan khusus dengan sasaran lebih jelas atau tujuan dibuat lebih rasional (Sulistyowati, dkk. 1999).
Mekanisme.
Menurut Shortell dan Mintberg dalam Arifin (2000), mengemukakan lima mekanisme koordinasi kegiatan suatu organisasi antara lain saling menyesuaikan (mutual adjustment), supervisi langsung (direct supervition), standarisasi prosedur kerja, standarisasi keluaran kerja, serta standarisai keterampilan kerja.
Sedangkan menurut Handoko (1997), tiga macam pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif antara lain :
Jadi mekanisme koordinasi dapat disimpulkan antara lain: saling menyesuaikan (mutual adjustment) ; supervisi langsung (direct supervition) ; standarisasi prosedur kerja ; standarisasi keluaran kerja ; standarisasi ketrampilan kerja ; serta pembentukan tim atau badan koordinasi suatu kegiatan.
Refference, antara lain :
Pengaruh Kondisi Sanitasi yang Buruk terhadap Kejadian Penyakit Diare Bagi keluarga besar Sanitarian khususnya dan…
Prinsip, Standar dan Parameter Sanitasi Kantin Sekolah Pengelolaan makanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan…
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid-19 Produk Astrazeneca…
Pengertian dan Bahaya Anemia Zat Besi Bagi Balita Anemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan kadar…
Penatalaksanaan medis, kontak erat, dan pencegahan infeksi dalam pengobatan kasus difteri. Manajemen medis Doktermemutuskan apakah…
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 13 Tahun 2021 Tentang Hukum Vaksinasi Covid-19 Saat Berpuasa Beberapa…