Malaria masih merupakan masalah kesehatan di negara tropis, dengan perkiraan sekitar 40% penduduk dunia masih mengidap malaria. Penyakit malaria juga masih merupakan masalah kesehatan global, karena menyebabkan kematian dan mengakibatkan dampak sosial ekonomi besar terutama penduduk miskin yang bermukim di negara-negara sedang berkembang endemic malaria.
Sebagaimana kita ketahui, malaria merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui nyamuk yang mengandung parasit malaria. Berdasarkan data WHO, rata-rata sekitar dua juta orang meninggal karena malaria terutama terjadi pada balita-balita di Afrika. Sedangkan jumlah kasus diperkirakan sebanyak 300-500 juta kasus. Sementara kematian karena malaria menduduki peringkat ke lima paneyakit parasitik setelah infeksi pneumokokal saluran nafas bawa, diare termasuk disentri, dan HIV/AIDS.
Sementara pengertian Surveilans epidemiologi menurut Depkes RI (2003), merupakan suatu proses pengamatan terus menerus dan sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit serta kondisi yang memperbesar risiko penularan dengan melakukan pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan.
Sedangkan surveilans malaria menurut Depkes R.I (1998), adalah kegiatan terus menerus, teratur dan sistimatis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data malaria untuk menghasilkan informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Tujuan surveilans dalam program pemberantasan malaria antara lain :
Pelaksanaan kebijakan diatas, kemudian diterapkan dalam bentuk penyelenggaraan surveilans program pencegahan penyakit malaria, yang antara lain meliputi tahap pengamatan dan survei. Pada tahap pengamatan penyakit malaria beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain berupa kegiatan penemuan penderita malaria. Tujuan penemuan penderita adalah menemukan penderita secara dini dan secepatnya memberikan pengobatan, memantau fluktuasi malaria pada suatu tempat, sebagai alat bantu menentukan musim penularan, dan peringatan dini terhadap kejadian luar biasa (KLB).
Tahap diatas dilaksanakan dengan beberapa jenis kegiatan yang seperti Active Case Detection (ACD). Kegiatan ini dilakukan secara aktif oleh juru malaria desa atau petugas lapangan malaria, dengan jenis kunjungan dilakukan pada beberapa jenis kriteria desa endemik malaria, antara lain :
Tindak lanjut kunjungan diatas, kemudian diikuti dengan kegiatan pengambilan sediaan darah (SD). Kegiatan ini hanya dilakukan pada penduduk yang memenuhi beberapa criteria yang dipersyaratkan seperti demam, menggigil, baik disertai sakit kepala atau tidak dalam tiga hari terakhir.
Selain pengambilan sediaan darah juga dilakukan kegiatan passive case detection (PCD). PCD dilakukan dengan mengintensifkan pengambilan sediaan darah di institusi/pusat pelayanan kesehatan swasta maupun pemerintah dan kader pelayanan kesehatan.
Sebagai indikator kinerja petugas, target pengambilan sediaan darah ditetapkan sebagai berikut:
(Keterangan : K merupakan kunjungan ke Puskesmas dengan standard 60 % dari populasi).
Setelah beberapa tahap kegiatan diatas dilakukan, selanjutnya dilaksanakan tahap kegiatan penyidikan epidemiologi. Kegiatan ini dilakukan pada seluruh penghuni rumah, tempat tinggal penderita positip malaria dan seluruh penghuni pada empat rumah ddisekeliling rumah penderita tersebut. Selain itu juga dilaksanakan survey penderita malarai. Survei yang dilakukan dalam pemberantasan malaria meliputi jenis survei malariometrik (MS), Mass fever survei (MFS), Survei kontak, dan survei migrasi.
Kegiatan lain yang tidak kalah penting dalam surveilans malaria adalah pengamatan vektor. Beberapa jenis pengamatan vektor malaria dilakukan dengan :
Kondisi perkembangan malaria pada suatau wilayah kemudian dipetakan. Pembagian situasi malaria pada suatu wilayah dibagi dalam beberapa kriteria antara lain periode peringatan dini, periode kejadian luar biasa (KLB), dan periode pasca KLB. Sddangkan jenis data yang dianalisa untuk kepentingan pembagian periodisasi tersebut antara lain :
Periode pengamatan dini.
Periode ini data yang diperlukan berbeda pada berbagai tingkatan kewilayahan. Pada tingkat Puskesmas, jenis data yang dikumpulkan adalah data kasus vektor, logistik, demografi dan lingkungan. Sedangkan pada tahap pengolahan dan anlisa data, dengan memperhatikan variablel-variabel antara lain :
Apabila terjadi kecenderungan peningkatan penderita malaria kemudian dilakukan upaya penanggulangan dengan Mass fever survey (MFS), pengamatan vektor dan pemberantasan vektor.
Pada tingkat Kabupaten jenis data yang dikumpulkan adalah data kematian di Puskesmas dan rumah sakit, data kasus per desa per tahun, data cakupan pengobatan, data vektor, data laboratorium, data demografi, data logistik, data lingkungan, (curah hujan, luas tempat perindukan) dan data sosial budaya.
Sedangkan jenis data yang dikumpulkan adalah data kematian di puskesmas dan rumah sakit, data kasus per desa per tahun, data cakupan pengobatan, data vektor, data demografi, dan data logistik.
Periode Kejadian Luar Biasa :
Pada periode KLB yang dikumpulkan antara lain data kematian, data kasus dan trend malaria, data vektor, data lingkungan yang berkaitan dengan vektor (tempat perindukan, ternak), data form W1 (dilaporkan dalam 24 jam), data hasil konfirmasi KLB, data batas wilayah KLB, data logistik (obat malaria, bahan dan peralatan lainnya), data hasil upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
Pasca Kejadian Luar Biasa :
Kegiatan yang dilakukan pada periode ini sama seperti pada periode pengamatan dini yaitu pengamatan kasus, vektor dan lingkungan yang dilakukan secara lebih intensif.
Data yang telah diolah dan dianalisa menjadi informasi yang mendukung upaya penanggulangan malaria digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai alat bantu pengambilan keputusan dilakukan pengolahan data dengan ukuran-¬ukuran seperti insiden dan prevalensi, dengan beberapa indikator seperti angka kesakitan dan angka kematian karena malaria, Prevalence Rate (PR), Slide positive rate (SPR), data vektor seperti Man bitting rate (MBR), jenis vektor, bionomik vektor, status kerentanan vektor, serta data terkait lingkungan.
Refference antara lain :
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies di lapangan Menurut Kemenkes (2017), penyakit rabies merupakan…
Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji mencapai istithaah kesehatan jemaah haji untuk menuju Keluarga Sehat”(Petunjuk Teknis…
The Columbia University School of Public Health 40+ Guide to Good Health A guide to…
Tujuan dan Tahapan Penyelidikan Epidemiologi Covid-19 Sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19), Kemenkes…
Teori dan Tahap Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Belajar dari berbagai pendekatan pembangunan terdahulu, sebagian pendapat…
Tahap dan Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Air Susu Ibu biasanya diberikan 30 menit setelah kelahiran…