Middle East Respiratory Syndrome (MERS), merupakan penyakit pernafasan karena virus corona, sehingga disebut sebagai MERS-CoV. Coronavirus merupakan virus berbentuk bulat dengan diameter sekitar 100-120 nm. Berdasarkan hal ini logika kita mengatakan bahwa hanya masker dengan pori pori lebih kecil dari 100 nm. Yang efektif dapat melindungi kita dari coronavirus. Sangat sulit membedakan antara gejala infeksi Rhinovirus, virus Influenza dan Coronavirus.
Berdasarkan definisinya, sakit seseorang dinyatakan sebagai kasus Mers-Cov, antara lain dengan beberapa kriteria berikut:
Gejala Mers-Cov berupa gangguan pernafasan ringan sampai berat dengan kegagalan multi-organ yaitu gagal ginjal, gangguan fungsi pembekuan darah dan radang selaput jantung. Sedangkan masa inkubasi mulai 2 sampai dengan15 hari. Mers-Cov menjadi sangat penting karena hingga kini belum ditemukan vaksin dan obatnya. Menurut Depkes RI, 2013, beberapa risiko penularan MERS-CoV, antara lain karena: Proses penangan pasien MERS-CoV tanpa Alat Pelindung Diri yang memadai; Kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi; Kontak dengan dropplet (cairan bersin dan batuk);Kontak dengan hewan yang diduga sebagai sumber penularan, seperti kelelawar dan onta. Sedangkan kelompok yang berisiko tertular MERS-CoV, antara lain seseorang yang tinggal atau berkunjung ke negara terjangkit, seperti jamaah haji/umroh atau TKI atau Wisatawan dan kontak dengan hewan penular atau orang terinfeksi; Juga tenaga kesehatan yang menangani pasien MERS-Cov.
WHO telah melaporkan, bahwa sejak April 2012, sudah terjadi sebanyak 254 kasus MERS-CoV konfirm lab, dengan 93 kematian. Mereka tersebar di beberapa negara antara lain Timur Tengah (Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab; Eropa (Perancis, Jerman, Yunani, Italia dan Inggris); Afrika Utara (Tunisia); Asia (Malaysia dan Filipina). Menurut catatan WHO, terjadinya kasus baru tampaknya mengikuti pola musiman, peningkatan terjadi dari bulan Maret – April, dengan peningkatan tajam sejak pertengahan Maret 2014.
Sebanyak 75 % dari kasus baru-baru yang dilaporkan tampaknya merupakan kasus sekunder (memperoleh infeksi dari orang lain yang terinfeksi). Dan yang menarik, mayoritas kasus sekunder karena infeksi nosokomial terutama pada petugas kesehatan. Sebagian besar diantara mereka terinfeksi denga sedikit atau tanpa gejala. Meskipun unta yang diduga menjadi sumber utama infeksi pada manusia, namun rute yang tepat dari paparan langsung atau tidak langsung tetap tidak diketahui.
Apakah telah terjadi perubahan pola transmisi MERS – COV?
Sebagian besar kasus yang dilaporkan sekarang, memiliki kemungkinan merupakan penularan dari manusia ke manusia dan hanya sekitar seperempat dianggap sebagai kasus utama. Sedangkan penularan nosokomial menunjukkan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tidak memadai.
Pada hari-hari kedepan, sangat mungkin bahwa kasus-kasus akan terus diekspor ke negara-negara lain, melalui wisatawan atau peziarah, yang dimungkinkan mendapatkan infeksi karena paparan hewa, sumber lingkungan , atau infrksi nosokomial. Berdasarkan hal penularan lebih lanjut sangat tergantung dari kapasitas dan kecepatan negara penerima dalam hal mendeteksi, mendiagnosa dan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat.
Beberapa rekomendasi WHO terkait MERS-CoV.
Sementara menurut Depkes RI (2013), sebagai tindakan pencegahan beberapa hal dapat dilakukan jika akan bepergian ke wilayah Timur Tengah antara lain:
Ref:
Pengertian, Jenis, dan Penyebab Pencemaran Udara Menurut Mukono (2000), yang dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya…
Penyakit Karena Cacing Perut (Ascaris Lumbricoides) Ascaris lumbricoides atau cacing perut manusia termasuk Nemathelminthes. Ciri-ciri…
Outbreak Respon Immunization pada KLB Difteri , antara Kriteria dan Kajian Epidemiologi Oleh : Jrenk…
Keputusan Menteri Kesehatan Tahun 2025 tentang aturan perubahan Jenis dan jadwal Imunisasi Program Saat ini…
Wewenang Bidan Terkait Asuhan Persalinan Normal Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan…
Surveilans dan Imunisasi Sesuai Permenkes 23 Tahun 2023 Tentang Pedoman Penanggulangan COVID-19. Kementerian Kesehatan RI,…