Diperkirakan lebih dari 200 juta anak balita di negara berkembang gagal mencapai potensi perkembangan optimalnya karena masalah kemiskinan, malnutrisi, atau lingkungan yang tidak mendukung, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, emosi, dan sosial anak.
Menurut Soetjiningsih (1995), perkembangan merupakan periode penting dalam kehidupan anak khususnya setelah melewati masa perkembangan sangat pesat pada usia tiga tahun. Usia tiga tahun merupakan batas telah melewati perkembangan sangat cepat atau sering disebut masa kritis perkembangan. Setelah masa ini perkembangan akan berlangsung secara kontinyu, maka perlu dilakukan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan seorang anak usia tiga tahun agar cepat terdeteksi gangguan perkembangannya untuk landasan perkembangan selanjutnya.
Jumlah Balita yang mencapai 10% dari penduduk Indonesia, menjadikan tumbuh kembang balita ini sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut kualitas generasi masa depan bangsa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait ini menurut Depkes (2006), meliputi gizi yang baik, stimulasi yang memadai dan terjangkaunya pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dini serta intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.
Berikut diuraikan beberapa informasi terkait tumbuh kembang balita yang perlu kita ketahui. Menurut Strathearn et al. (2001) pertumbuhan (growth) secara umum erat kaitannya dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, biasa di ukur dalam ukuran berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic. Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan (Depkes, 2006). Pertumbuhan dapat di ukur secara kuantitatif, yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas terhadap umur, untuk mengetahui pertumbuhan fisik.
Sedangkan pengertian perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2006). Menurut Soetjiningsih (1995) perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Proses tersebut menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Hal tersebut termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensial biologisnya.
Kadang tidak ada batas yang jelas pada penggunaan istilah pertumbuhan dan perkembangan ini. Beberapa ahli menuliskan terkait hal itu, antara lain sebagai berikut :
Menurut Hurlock (1978) : Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Namun perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Keduanya dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan teratur dan koheren maksudnya disini ialah bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju, teratur dan menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang terjadi.
Menurut Shonkoff & Phillips (2000): sejumlah konsep inti dijabarkan untuk pemahaman tentang sifat awal perkembangan manusia yaitu:
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Soetjiningsih (1995) secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:
Menurut Depkes (2006) aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dipantau diantaranya adalah:
Penilaian perkembangan dan deteksi dini tumbuh-kembang anak
Deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga perkembangan anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sedangkan skrining hanyalah prosedur rutin pemeriksaan perkembangan anak sehari-hari yang dapat memberikan petunjuk apabila ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian (Soetjiningsih, 1995).
Salah satu alat yang bisa digunakan untuk menilai perkembangan anak secara dini adalah denver development screening test (DDST) digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak sejak lahir hingga usia 6 tahun (Frankernburg et al., 1992).
Pada Denver II ada empat parameter perkembangan yang digunakan untuk skrining perkembangan anak antara lain :
Sedangkan yang dimaksud dengan deteksi dini tumbuh kembang anak menurut Depkes (2006), merupakan kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan. Disamping itu tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan/ intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu atau keluarga. Apabila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Menurut Soetjiningsih (1995) metode deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal. Sayangnya banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihannya.
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui masalah pada perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari-hari, yang dapat memberikan pertunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.
Refference, antara lain :
Tatalaksana Balita Gizi Buruk di Puskesmas Pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas) bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan…
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Bidang Sanitasi Ruang lingkup sanitasi dalam laporan Riskesdas 2010…
Prosedur Desinfeksi Sumur Gali dan Sumur Pompa Tangan Mengingat kecenderungan pencemaran baik fisik, kimia, maupun…
Pemberdayaan Masyarakat dengan Metode Community Led Total Sanitation (CLTS) Pembangunan sanitasi dengan menggunakan metode pemberdayaan…
Demam Derdarah dan Aedes Aegypti, Siklus Hidup dan Karakteristik Masalah yang selalu menghantui kita setiap…
Field Guide to Environmental Engineering for Development Workers: Water, Sanitation, and Indoor Air Throughout the…
View Comments
terima kasih.. artikelnya sangat membantu
artikel yg sgt bermanfaat...
terima kasih