Covid-19

Klaster Keluarga

Upaya Menyentil Berkesadaran Protokol Kesehatan melalui Keluarga

Oleh: Munif Arifin

 

Pendapat bude Jamilah pada pola penularan covid-19 di tingkat keluarga, sedikit naif.

“Satu hal yang bisa disimpulkan dari cluster kelurga : menunjukkan covid19 itu benar menular !! seloroh bude dengan ekspresi datar”.

Setelah cluster pasar, perkantoran, pabrik, rumah makan, atau cluster lainnya sulit mendongkrak kesadaran massif  taat protokol kesehatan. Bude menduga para suhu kemudian sedikit frustasi, sehingga mencoba menyentil melalui unit terkecil masyarakat, yakni keluarga.

Setelah resume gegabah itu, kemudian essay bude naratif berjejer terlontar. Persis dihadapan nalar sok runtut ku.

Urai bude :

Jika cluster keluarga tidak ada, itu justru lucu. Bagaimana kita memahami : ……..

Pola kehidupan sosial kita.

Hampir seluruh polanya anti thesis protokol covid. Sebutlah cium tangan orang tua sebelum dan sesudah keluar rumah, ngudang menina bobokkan anak,  prinsip mangan gak mangan pokok ngumpul, jogongan (ngobrol) warung kopi,  jagong bayi, tahlilan slametan saudara tetangga kesripahan, petan (berburu kutu kepala), .

Dan seterusnya, kita dapat menyusun daftar menu sosial sebanyak yang kita tahu seperti itu.

Jika mau.

Disimpulkan bude : Hampir seluruh pola keseharian sosial kiita,  unsupported pandemic protokol.

Kita dapat membayangkan, bagaimana  sulitnya memotong pola itu. Dengan madzhab masker dan phisical distancing. Dengan serta merta.

Angel, angel, angeeel … seloroh bude.

So, dengan mata telanjang kita sangat mudah menyaksikan kegagalan penerapan protokol itu di rumah kita, di rumah saudara kita, di rumah tetangga kanan kiri kita, di rumah kampung kita.

Kita juga dapat membayangkan, bagaimana sulitnya para penentu kebijakan meramu pedoman yang mampu mengawinkan perilaku sars Cov-2 dengan perilaku sosial kita. Yang sudah  mendarah daging, turun temurun menjadi nafas keseharian itu.

Belum lagi kesulitan ditingkat para eksekutor kebijakan, lanjut bude. Tim surveilans, tim tracing, tim gugus tugas.

Penekanan bude: Jangan lakukan komparasi dengan tempat lahirnya sars Cov 2.  Kebijakan apapun disana akan sangat efektif. Karena kontrol sangat teremote, seloroh bude.

Bude mencatat:

Data sejak awal pandemi menunjukkan kasus confirm berkutat pada orang dekat. Keluarga, sanak saudara, atau tetangga.

Mereke tertular.

Sebagian besar tertular dari kasus bergejala. Hanya sebagian kecil, tertular dari kasus tanpa gejala. Sehingga tepat kebijakan menjadikan kondisi bergejala atau tanpa gejala ini sebagai indikator utama kriteria selesai isolasi atau karantina. Menjadi  kriteria  utama kesembuhan. Plus dogma utama masa inkubasi.

Pertanyaan bude kemudian: Mengapa cluster jenis ini sulit diputus? …

Karena terlambat menemukan kasus

Dan kejadian ikutannya terlambat mengisolasi kontak erat

Mengapa terlambat?

Karena hasil swab berhari hari baru keluar. Karena swab belum masif

Mengaoa?

Karena kampung bude belum punya alat pemeriksaan swab.

Karena swab harus dikirim nun jauh disana.

… seperti biasa

Kemudian bude curhat curcol berbuih buih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Indonesian Public Health Portal