Penyakit Karena E Coli
Pengelompokan E Coli Berdasarkan Penyakit yang Ditimbulkannya
Menurut Soemarno (2000), bakteri Escherichia coli (E.coli) merupakan bakteri anaerobik fakultatif dengan jenis gram negatif, berbentuk batang lurus, tidak berspora, sebagian besar tidak berkapsul (terdapat beberapa jenis yang memiliki kapsul), dan bergerak secara aktif (ada beberapa jenis yang tidak bergerak). Bakteri tersebut tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia dan hewan ternak sehingga dapat menempel pada faeces. Berdasarkan hal tersebut, E.coli menjadi salah satu indikator terjadinya pencemaran di dalam air.
Berdasarkan jenis penyakit yang ditimbulkan, bakteri Escherichia coli (E.coli) dikelompokkan menjadi 4 strain, yaitu:
1) Enteropathogenic E.coli (EPEC)
Bakteri E. coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC melekatkan diri pada sel mukosa kecil. Faktor yang diperantarai oleh kromosom akan menimbulkan pelekatan yang kuat. Pada usus halus, bakteri ini akan membentuk koloni dan menyerang pili sehingga penyerapannya terganggu. Akibatnya adalah adanya diare cair yang biasanya sembuh diri tetapi dapat juga menjadi kronik. EPEC sedikit fimbria, ST dan LT toksin, tetapi EPEC menggunakan adhesin yang dikenal sebagai intimin untuk mengikat inang sel usus. Sel EPEC bersifat infasif (jika memasuki sel inang) akan menyebabkan radang.
2) Enterotoxigenic E.coli (ETEC)
Bakteri E.coli dengan strain tersebut dapat memproduksi 2 racun, yaitu racun stabil dan racun labil. Racun stabil tahan terhadap panas (maksimal 800C) namun racun labil tidak tahan terhadap panas (maksimal 400C). Racun-racun tersebut dapat menimbulkan diare dan nyeri perut. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Lumen usus terengang oleh cairan dan mengakibatkan hipermortilitas serta diare, dan berlangsung selama beberapa hari.
Beberapa strain ETEC menghasilkan eksotosin tidak tahan panas. Prokfilaksis antimikroba dapat efektif tetapi bisa menimbu lkan peningkatan resistensi antibiotik pada bakteri, mungkin sebaiknya tidak dianjurkan secara umum. Ketika timbul diare, pemberian antibiotik dapat secara efektif mempersingkat lamanya penyakit. Diare tanpa disertai demam ini terjadi pada manusia, babi, domba, kambing, kuda, anjing, dan sapi. ETEC menggunakan fimbrial adhesi (penonjolan dari dinding sel bakteri) untuk mengikat sel – sel enterosit di usus halus. ETEC dapat memproduksi 2 proteinous enterotoksin: dua protein yang lebih besar, LT enterotoksin sama pada struktur dan fungsi toksin kolera hanya lebih kecil, ST enterotoksin menyebabkan akumulasi cGMP pada sel target dan elektrolit dan cairan sekresi berikutnya ke lumen usus. ETEC strains tidak infasif dan tidak tinggal pada lumen usus.
3) Enteroinvasive E.coli (EIEC)
Strain tersebut dapat menimbulkan penyakit diare disertai mual, pusing, bahkan kehilangan kesadaran. Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan shigellosis. Memproduksi toksin Shiga, sehingga disebut juga Shiga-toxin producing strain (STEC). Toksin merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi pendarahan yang kemudian masuk ke dalam usus. EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.
4) Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC)
Bakteri E.coli dengan strain tersebut memiliki Vero Cytotoxin yang dapat menimbulkan diare berdarah atau Haemorrhagic Collitis (HC) dan Haemolytic Ureamic Syndrome (HUS). Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenik dari toksin. EHEC berhubungan dengan holitis hemoragik, bentuk diare yang berat dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopatik, dan trombositopenia. Banyak kasus EHEC dapat dicegah dengan memasak daging sampai matang. Diare ini ditemukan pada manusia, sapi, dan kambing.
5) E. Coli Enteroagregatif (EAEC)
Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di Negara berkembang. Bakeri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. EAEC menproduksi hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC.
Penularan pada bakteri-bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penularan tersebut juga dapat disebabkan karena tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja yang terinfeksi sehingga terjadi kontaminasi perabotan melalui alat-alat yang dipegang. Oleh karena sifat patogennya bermacam-macam, jumlah maksimal bakteri E.coli dalam produk olahan menjadi salah satu syarat mutlak (BSN, 2000).
Refference, antara lain : Soemarno, P. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi Analis Kesehatan.