Prinsip Surveilans Kesehatan
Pengertian, Sifat dan Karakteristik Sistem Surveilans
Sebagai praktisi kesehatan masyarakat, kita tentu sudah sangat sering dan akab dengan istilah surveilans. Istilah surveilans biasanya selalu berpasangan dengan epidemiologi, surveilans epidemiologi. Tulisan berikut mungkin dapat menjadi sekedar pengingat tentang istilah yang telah menjadi roh berbagai kegiatan public health kita.
Surveilans epidemiologi sendiri menurut Depkes RI (2003), merupakan suatu proses pengamatan terus menerus dan sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit serta kondisi yang memperbesar risiko penularan dengan melakukan pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan.
Sedangkan menurut Thacker (2000), surveilans epidemiologi adalah suatu rangkaian yang dilakukan secara terus menerus dan sistematik dalam mengumpul, mengolah, menganalisis dan menginterpretasi data peristiwa kesehatan yang bermutu untuk perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap upaya pelayanaan kesehatan masyarakat disertai dengan penyebarluasan informasi tersebut kepada pihak lintas terkait.
Sementara beberapa ahli kesehatan masyarakat mendefinisikan pengertian surveilans sebagai berikut :
- Surveilans adalah pengamatan secara terus menerus dan sistematik melalui pengumpulan, analisa, interpretasi dan diseminasi penyampaian informasi status kesehatan, ancaman lingkungan atau faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan.- Abramson (1991), Buehler (1998),
- Sesuai definisi public health surveilance merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus berupa pengumpulan, analisis/pengelolahan dan interpretasi data kesehatan yang penting untuk dipergunakan dalam perencanaan, implentasi, evaluasi praktek kesehatan masyarakat. Mata rantai dari surveilans ialah pemanfaatan data tersebut untuk pencegahan dan pengendalian penyakit. Suatu sistem surveilans dengan kemampuan dan fungsinya dalam pengumpulan data, analisis dan penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan program-program kesehatan masyarakat. Suatu perubahan penting tentang surveilans yang pada awalnya mengenai penyakit menular berubah kedalam spektrum yang lebih luas dari masalah kesehatan masyarakat seperti: masalah penyakit kronis, kesehatan kerja, lingkungan, perilaku individu, dan teknologi pencegahan penyakit. (Thacker, 2000).
Sebagai sebuah sistem pengamatan dan monitoring yang dilakukan secara kontinyu berkesinambungan, sistem surveilans menurut para ahli mempunyai beberapa persyaratan, dengan kharakteristik (atributes) antara lain kesederhanaan (Simplicity), kelenturan (flexibility), peneri maan (acceptability), kepekaan (sensitivity), kemam puan memberikan nilai duga positif (positive predictive value) yang cukup tinggi, keterwakilan (representativeness), kualitas data (data quality), stabilitas data (data stability) dan ketepatan waktu (timeliness) (Thacker, 1992; Romaguera et al., 2000; German, 2001; Klaucke, 1992; Koplan,1999).
Sederhana (simplicity).
Kesederhanaan surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem. Kesederhanaan sistem surveilans dinilai baik dari sudut pandang struktur, termasuk aliran informasi dan kesederhanaan pelaksanaan. Salah satu cara termudah untuk menilai kesederhanaan sistem surveilans adalah dengan melihat bagan alirnya. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara pengiriman data, organisasi yang menerima pelaporan, pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu besar dan prosudur yang terlalu rumit.
Kelenturan (flexibility).
Sistem surveilans disebut lentur jika mempunyai fleksibilitas pada perubahan-perubahan. Sistem surveilans yang lentur dapat mengadaptasi perubahan-perubahan dalam kebutuhan informasi atau kondisi operasional tanpa memerlukan banyak biaya, waktu dan tenaga.
Dapat diterima (acceptability).
Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu, organisasi dan lembaga kesehatan. Interaksi sistem dengan mereka yang terlibat, termasuk pasien atau kasus, yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tersebut.
Beberapa indikator penerimaan terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian formulir pelaporan, dan ketepatan waktu pelaporan. Tingkat partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat.
Kepekaan (sensitivity).
Sensitivitas sistem surveilans suatu sistem surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan mengidentifikasi kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Faktor-¬faktor yang berpengaruh adalah: proporsi penderita, yang berobat ke pelayanan kesehatan, kemampuan mendiagnose secara benar dan kemungkinan kasus yang terdiagnose akan dilaporkan. Suatu sistem surveilans yang kurang sensitive masih bermanfaat untuk memantau adanya trend penyakit asalkan sensivitas sistem tidak berubah.
Kemampuan memberikan nilai duga positif (positif predictive value)
Daya prediktif suatu surveilans diukur sebagai proporsi mereka yang diidentifikasi sebagai kasus, yang memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans (positif predictive value). Sistem surveilans dengan nilai rendah akan menimbulkan banyak kasus yang sebenarnya merupakan penyakit lain, bukan penyakit sasaran surveilans. Daya prediktif suatu surveilans diukur sebagai proporsi mereka yang diidentifikasi sebagai kasus, yang memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans (positive predcktve value). Sistem surveilans dengan nilai prediksi rendah akan menimbulkan banyak kasus yang sebenarnya merupakan penyakit lain, bukan penyakit sasaran surveilans. Akibatnya terjadi pemborosan khususnya bila kasus-kasus palsu tersebut diselidiki sebagai wabah. Daya prediksi dipengaruhi oleh prevalensi atau insiden penyakit dan sensivitas (Gordis, 1996)
Keterwakilan (representativeness).
Sistem surveilans yang representative mampu mendeskripsikan secara akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, tempat dan waktu. Keterwakilan dinilai dengan membandingkan karakteristik dari peristiwa yang dilaporkan dengan seluruh peristiwa yang sebenarnnya terjadi Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang representatif. Sebagian besar sistem surveilans mengumpulkan banyak data selain dari jumlah kasus, informasi yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi individu yang mengalami peristiwa kesehatan yang diamati, rincian peristiwa kesehatan, dan keterpaparan terhadap faktor resiko.
Kualitas data (data quality).
Kualitas data merupakan bagian penting dari keterwakilan Kualitas data menggambarkan kelengkapan dan validitas dari data yang dikumpulkan dalam sistem kesehatan masyarakat, dan untuk melihat data tersebut dapat dilihat berapa jumlah yang tidak melaporkan serta laporan yang tidak diketahui. Kualitas data sistem surveilans berhubungan dengan keterwakilan dan penerimaan serta dipengaruhi oleh pelaksanaan skrining dan tes diagnostik dalam hal ini penerapan dari definisi kasus yang tepat.
Stabilitas data (data stability).
Stabilitas data berhubungan dengan keterandalan (kemampuan untuk mengumpulkan data, mengorganisasi dan menyediakan data tanpa mengalami hambatan) ketersediaan (kemampuan untuk kelangsungan beroperasinya sewaktu dibutuhkan) dari sistem surveilans. Kekurangan sumber daya dapat mempengaruhi pelaksanaan sistem surveilans. Kurangnya tenaga pelaksana akan mengancam dari keterandalan dan kelangsungan sistem.
Stabilitas data berhubungan dengan kehandalan (kemampuan untuk
Ketepatan waktu (timeliness).
Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dalam proses data mulai dari deteksi, pengisian form, pelaporan, pengolahan data, dan pendistribusian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan penyakit¬penyakit tertentu perlu dilakukan dengan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau agar tidak meluas sehingga membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu dalam sistem surveilans dapat dinilai berdasarkan ketersediaan informasi untuk pengendalian penyakit yang mendesak atau untuk perencanaan program-program dalam jangka panjang. Dewasa ini teknologi komputer semakin mampu untuk mendukung ketepatan waktu penyediaan informasi dalam sistem surveilans.
Refference, antara lain :
- Abramson, J.H., 1991, Metode Survey dalam kedokteran komunitas, Pengantar study Epidemiologi dan evaluatif, Supardi, S. Gajah Mada University Presss, Yogyakarta.
- Peran Surveilans dalam upaya penanggulangan KLB penyakit menular dan Keracunan, Ditjen PPM & PL. 1998.
- Update Guidelines for evaluating Public Health Surveilance system, MMWR. German R.R., 2001,
- Romaguera, R.A., German, R.R., Klaucke, D.N., 2000, Evaluating Public Health Surveilance dalam Principles and Practice of Public Health Surveilance, second edition. Oxford University Press, New York.
- Thacker, S.B., Berkelman, R.L., 1992, History of Public Health Surveilance, dalam Pubic Health Surveilance. Van Nostrand Reinhold, New York.
- Buehler, J.W., 1998, Surveilance, dalam modern Epidemiology,