Public HealthPublic Health Update

NSCE-11, Intelijen Epidemi

Intelijen Epidemi untuk Memperkuat Ketahanan Kesehatan pada NSCE-11

Oleh: Munif Arifin

Pakde ikut lagi kegiatan tahunan ini. Pertemuan Ilmiah Epidemiologi Nasional (PIEN) ke-11. National Science Conference on Epidemiolog (NSCE).

Diadakan tidak jauh dari Ciwalk, Cihampelas Walk, Bandung, 20-23 Agustus 2024.

Tentu bukan dari jalur mandiri. Dengan kontribusi mandiri pada akomodasi, konsumsi, transportasi.

Beliau fix mantap di tiket reimbursement.

Karena abstrak serious advers event following imunization dianggab layak, oleh para reviewer NSCE 11, masuk rumah Vaccine Preventable Diseases.

National Science Conference on Epidemiolog 11

Bagi pakde level acara ini selalu dapat diandalkan.  Persis kesimpulan pakde saat ikut NSCE-9, dua tahun lalu, di Surabaya.

Mengusung tema Epidemic Intelligence To Strengthen Health Resilience. Intelijen Epidemi untuk Memperkuat Ketahanan Kesehatan.

Tema ini diantaranya diterjemahkan dalam materi pendahuluan ini: Communication Skill: Risk Assessment, Data Visualization, and Epidemic Intelligence from Open Source (EIOS). 2. Preparedness and Resilience for Health Threats dan Leveraging GIS for Enhanced Epidemiological Surveillance and Response

Presentasi spesial

Pakde sangat suka sesi Special Presentations. Bagi beliau sesi ini menjadikan level acara sontak lebih berkelas. Tentu karena konten dan pemateri memang para suhu;

  • Pandemic Treaty, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama,
  • Implementasi IHR dan Surveilans, Rebecca D Merril (US CDC Indonesia Country Office),
  • FETP Japan Contributions to Strengthen Health Resilient System in Japan, Keiko Tsukada, MPH & Munehisa Fukusumi, MD, PhD (Center for Field Epidemic Intelligence, Research and Professional Development (CFEIR), National Institute of Infectious Diseases (NIID))

Para pemateri spesial ini memang para spesial di bidangnya. Misalnya Prof Tjandra Yoga. Beliau berhasil menurunkan singgasana kemewahan teori surveilans epidemiologi menjadi flat didepan pakde. Kecerdasan dan pengalaman mewah beliau mulus ter-delivery di benak pakde.

Sementara, jujur pakde lebih banyak gagap menelan paparan dua pemateri spesial lain, murni karena kendala kendang telinga. Karena keterpaparan massif kromo inggil terlalu dalam membekas pada luka parut di tulang sanggurdi telinga pakde. Intinya pakde terkapar didepan inggris yang asli western.

Poster dan oral Presentation

Masih soal kendang telinga, jika disuruh memilih sebetulnya pakde jauh lebih bisa menikmati presentasi poster yang memanjakan mata, dibandingkan oral presentation yang mengintimidasi telinga dan kelu di lidah (he-he-he).

Namun demikian, reflek langkah kaki pakde selalu bergerak ke sesi-sesi oral presentation.

Pertemuan Ilmiah Epidemiologi Nasional (PIEN) ke-11

Sayangnya beliau loading lama memahami topik dan alur room tempat presentasi. Kurang memahami konsistensi management oral presentasi yang dibuat per folder topik besar abstrak penelitian peserta. Beliau memang tipe visual, membayangkan aksestable jadwal, presenter, judul, terpampang didepan room.

Diam-diam pakde juga membayangkan ada review ringkas dari panelis, juri, atau lainnya diakhir setiap presentasi pada sesi ini.

Personal notes.

Pada pleno lain, pakde masih ingat benar kalimat bold bergaris bawah, tentang poin surveilans yang ada pada kata analisis. Analysis for action. Hal ini disampaikan ketua PAEI, Dr.dr.  Hariadi Wibisono. Tanpa analisis, data yang dikumpulkan tidak berarti.

Jika sudah melakukan itu, tentu segera punya klausul suspek. Apapun itu. Kita segera mampu mempersempit batasan. Setidaknya sebagai bahan KIE kepada siapapun para pihak.

Sementara terkait FETP,  menurut beliau, poin pentingnya pada FIELD, turun lapangan. Karena Fitur unggulan FETP memang pada field ini.

Toh pengertian Surveilans masih sama, setidaknya sesuai definisi WHO, sebagai proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

Pada sesi serupa pakde juga masih terkesima dengan eksekusi lugas khas Prof. Wiku, saat memaparkan Sistem Koordinasi dan Pelaporan Terintegrasi Penanganan Rabies di NTT. Tentu pakde masih ingat beliau saat hiruk pikuk pandemi COVID-19 itu.

Legal formal

Sekilas pakde me-review prosesi pertemuan ilmiah nasional ini.

Beberapa topik pada pleno dapat dicatat :

  • Multi-Source Surveillance: Surveilans Vektor untuk Deteksi Dini Penyakit
  • Pemanfaatan Data Iklim dan Cuaca untuk Penguatan Kesiapsiagaan dan Respon
  • Regional Data: Monitoring for Infectious and Emerging Diseases
  • Competencies for One Health Field Epidemiology Framework
  • Sistem Koordinasi dan Pelaporan Terintegrasi Penanganan Rabies di NTT
  • Joint Risk Assessment Penyakit Zoonosis
  • Surveilans Berbasis Laboratorium: Whole Genome Sequencing
  • Sistem Informasi Laboratorium untuk Mendukung Surveilans Penyakit Potensial KLB/Wabah
  • Surveillance Working Tools

Beberapa folder besar abstrak terpilih, baik oral presentation maupun poster antara lain :

  • Food or Waterborne Diseases
  • Non-Communicable Diseases & Other
  • Vaccine Preventable Diseases
  • Maternal and Child Health
  • Zoonosis
  • Food or Waterborne Disease
  • Respiratory and Vector-borne Diseases
  • Infectious or Communicable Diseases

The end

Setelah 4 hari NSCE 11, kini saatnya pakde pulang.

Segera  bercengkerama lagi dengan laporan perjalanan dinas, dan SPj. Berjibaku dengan ASIK dan web SKDR.  Saatnya kembali merespon simtom rash, flaccid, pseudo membran.

Saatnya kembali ke bumi. Sambil sesekali melirik langit. Atau melihat bumi dari atas langit. Atau lentur bermanuver, sebagai drone kamikaze taat signal 5G.

Sungguh setelah ini, beliau berharap fitur panoramik tersemat di kaca mata surveilans epidemiologi pakde dan keluarga survim.

Wide panoramik untuk memotret akurat topografi keseharian signal, alert, dan respon. Yang analyzed center. Yang smooth, efektif efisien ter-deliver ke komandan, media, dan masyarakat.

Semoga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Indonesian Public Health Portal