Gizi Masyarakat

Penghambat Absorbi Zat Besi

Faktor yang Mempengaruhi absorbi zat besi dalam Tubuh

Faktor yang mempengaruhi absorbsi besi dalam tubuh adalah bentuk besi, asam organik, asam fitat, tanin, dan tingkat keasaman lambung. Selain itu, faktor-faktor lainnya adalah faktor intrinsik dan kebutuhan tubuh. Diperkirakan 5 15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi yang baik.

Bentuk besi dalam makanan tergantung dari bahan makanan yang dikonsumsi. Besi heme terdapat dalam makanan yang berasal dari sumber hewani seperti pada daging hewan. Besi heme dapat diserap oleh tubuh dua kali lipat dari pada besi non heme. Sementara besi non heme terdapat banyak pada makanan sumber nabati. Dalam menu sehari makanan yang mengandung besi heme dan non heme secara bersama akan meningkatkan penyerapan besi non heme. Bahan makanan seperti daging, ayam dan ikan mengandung faktor yang membantu penyerapan besi non heme
Zat Besi Pada Pisang

Faktor lain yang membantu penyerapan besi adalah asam organik, seperti vitamin C. Vitamin C sangat membantu penyerapan besi non heme dengan berfungsi sebagai pereduksi untuk mengubah ferri menjadi ferro. Fero adalah senyawa besi yang mudah diserap oleh tubuh. Selain itu vitamin C juga dapat membentuk gugus besi ascorbat yang tetap larut pada PH lebih tinggi pada deudenum. Dengan demikian sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C untuk membantu absorbsi besi. Asam organik selain vitamin C adalah asam sitrat.

Faktor yang menghambat penyerapan besi adalah asam fitat, asam oksalat, tanin, kalsium, phospitin dan serat. Asam fitat banyak terdapat dalam bahan makanan serealia, asam oksalat banyak terdapat dalam sayuran, phospitin banyak terdapat dalam kuning telur. Senyawa tersebut akan mengikat besi sehingga besi menjadi sulit diserap. Sumber protein yang berasal dari kedelai menurunkan absorsi besi. Hal ini disebabkan karena kandungan fitat yang sangat tinggi. Selain fitat dan oksalat, tanin juga menghambat absorbsi besi. Tanin ini terdapat di dalam teh dan kopi.

Sedangkan kriteria status anemia menurut WHO dibagi menjadi 3 kategori yaitu, normal,  jika kadar Hb ≥ 11 g/dl, ringan, jika kadar Hb 8 10 g/dl, serta berat jika kadar Hb < 8 g/dl.

Article Source:

  • Almatsier,S, Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,  2004.
  • Kartono, D., Sandjaja, Susi, S., Suwardi, Amelia & Suhartato, Uji coba pemulihan gizi buruk cara klinik gizi puslitbang gizi di posyandu, 2001.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Indonesian Public Health Portal