Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
Pengertian dan Bakteri Penyebab Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular, disebabkan kuman ”Mycobacterium Tuberculosis”. Bakteri tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan ke dalam paru, kemudian menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem limfa, saluran pernafasan atau menyebar langsung kebagian tubuh lainnya.
Bakteri tuberkulosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Bakteri ini tumbuh lambat dengan cara belah diri setiap 18-24 jam pada suhu optimal. Selain itu bakteri ini hidup sebagai parasit intrasel sehingga pertahanan tubuh yang terpenting terhadap bakteri tersebut dilakukan oleh sistem imunitas seluler. Masa inkubasi sejak terinfeksi lesi primer atau reaksi uji tuberkulin yang bermakna adalah 4-12 minggu. Risiko progresif menjadi tuberkulosis paru atau tuberkulosis di luar paru adalah 1-2 tahun setelah terinfeksi dan mungkin menetap sebagai infeksi laten.
Kuman Mycobacterium berbentuk batang, tahan terhadap asam pada pewarnaan dan berukuran kira-kira 1,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron. Bakteri ini terdapat dalam butir percikan dahak (droplet nuclei) yang melayang di udara untuk waktu yang lama sehingga dimungkinkan terhisap orang atau mati dengan sendirinya karena sinar matahari langsung.
Droplet nuclei berukuran sangat kecil (5 mikron) sangat berbahaya pada terjadinya penularan penyakit. Percobaan pada binatang terhadap penderita silicosis menunjukkan bahwa droplet nuclei dapat melalui bronkhiolus yang paling halus berukuran 2-3 mikron, sehingga diperkirakan jumlah bakteri yang dapat masuk ke alveolus dan menyebabkan penyakit tidak lebih dari satu kuman saja.
Bakteri biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru dan dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran napas (bronchus) atau menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya serta dapat terjadi pada sekelompok umur, baik di paru maupun di luar paru. Sumber penularan penyakit tuberkulosis paru dengan BTA positif, yang dapat menularkan kepada orang yang berada disekelilingnya, terutama kontak erat pada waktu batuk/bersin. Penderita menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk droplet (dalam bentuk percikan dahak). Droplet yang mengandung bakteri dapat bertahan di udara pada suhu kamar. Percikan dahak yang mengandung bakteri tuberkulosis yang dibatukan keluar, dihirup oleh orang sehat melalui jalan nafas dan selanjutnya berkembang biak di paru-paru.
Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
Perjalanan bakteri Mycobacterium banyak mengalami hambatan antara lain pada hidung karena keberadaan bulu hidung dan lapisan lendir yang melapisi seluruh saluran pernafasan dari atas sampai ke kantong alveoli. Bila penderita baru pertama kali ketularan bakteri tuberkulosis ini, terjadilah suatu proses dalam tubuhnya (paru) yang disebut Primary Complex of Tuberculosis (PCT) yang terdiri dari focus di paru dimana terjadi eksudasi dari sel karena proses dimakannya bakteri tuberkulosis oleh sel macrophage.
Lesi tersebut dapat terjadi pada kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh karena lepasnya bakteri pada saluran limfa. Proses pemusnahan bakteri tuberkulosis paru oleh macrophag ini akhirnya akan menimbulkan kekebalan spesifik terhadap bakteri tuberkulosis paru. Primary Complex of Tuberculosis (PCT) dapat terjadi pada semua umur. Di negara dimana prevalensi tuberkulosis paru tinggi kebanyakan anak-anak sudah terinfeksi oleh tuberkulosis paru pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya, walaupun kemudian menjadi penyakit tuberkulosis paru hanya sedikit.
Terdapat dua kemungkinan pasca pembentukan Primary Complex of Tuberculosis (PCT), yaitu:
- Dapat sembuh dengan sendirinya karena adanya proses penutupan fokus primer oleh kapsul membran yang akhirnya akan terjadi perkapuran.
- Beberapa bakteri akan ikut terlepas ke dalam pembuluh darah dan dapat menginfeksi organ-organ yang terkena. Infeksi yang demikian ini di sebut Post Primary Tuberculosis (PPT) berupa infeksi pada paru, laring dan telinga tengah, kelenjar getah bening di leher, saluran pencernaan dan lubang dubur, saluran kemih, tulang dan sendi (Misnadiarly, 2006).
Menurut Handoko (2010), perkembangan infeksi tuberkulosis paru menjadi penyakit tuberkulosis paru dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain keadaan sosial ekonomi masyarakat (seperti kemiskinan, kekurangan gizi, rendahnya latar belakang pendidikan (kurang pengetahuan) dan kepadatan penduduk. Sebagian besar orang (80-90%) yang terinfeksi belum tentu menjadi sakit tuberkulosis paru. Untuk sementara waktu bakteri yang ada dalam tubuh mereka bisa berada dalam keadaan dormant (tidur) dan keberadaan bakteri dormant ini dapat diketahui hanya dengan tes tuberkulin dan apabila telah menjadi sakit disebut dengan penderita tuberkulosis paru, biasanya dalam waktu paling cepat sekitar 3-6 bulan setelah terinfeksi dan bagi yang tidak menjadi sakit tetap berisiko untuk menderita tuberkulosis paru sepanjang sisa hidupnya.
Penularan terjadi karena bakteri dikeluarkan dengan cara batuk atau bersin oleh penderita menjadi droplet nuclei (percikan dahak) dan terhirup masuk ke pernapasan. Daya penularan ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif (gradasi BTA), makin menular penderita tersebut. Secara epidemiologis, seorang penderita tuberkulosis paru positif dapat menularkan pada 10-15 orang setiap tahunnya.
Seseorang yang tertular bakteri tuberkulosis disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karenadaya tahan tubuh yang rendah, gizi buruk dan infeksi HIV/AIDS. Bakteri tuberkulosis paru hanyalah necessary cause, bersama dengan nutrisi buruk, keadaan lingkungan tidak sehat, umur dan faktor genetik sehingga terjadinya tuberkulosis paru. Orang yang telah tertular tidak akan lagi menimbulkan gejala-gejala klinis yang khas. Gejala-gejala klinis baru timbul bila daya tahan tubuh penderita semakin melemah atau mengalami gangguan.
Refference:
- Depkes RI, 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2, Cetakan I,
- Schiffman,G., 2011. Tuberculosis ( TB ). In Melissa Conrad Stöpple, eds. Webster New World Medical Dictionary,
- Misnadiarly, 2006. Pemeriksaan Laboratorium : Tuberkulosis dan Mikrobakterium Atipik, PT. Dian Rakyat, Jakarta.
- Chin, J., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menulas. 17th ed. I Nyoman Kandun, eds., America Public Health Association (APHA),
- Rieder,H.L., et all. Crofton’s Clinical Tuberculosis. Third edition. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease, Teaching Aids at Low Cost, ed. Oxford:
- Sanropie, D., 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman,Proyek Pengembangan, Pendidikan, Tenaga Kesehatan,
- Anna, L.K., 2012. Kuman Tuberkulosis Makin Kebal Obat.
- Handoko, N.P., 2010. Hubungan Tingkat Penghasilan, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Pencegahan dan Pencarian Pengobatan, Praktek Pencegahan dan Pencarian Pengobatan Dengan Penyakit TBC di BBKPM Surakarta. .Jurnal Keperawatan. Vol. 1, No. 1, pp 1 – 7 , Juli 2010
Lantas bagaimana cara untuk menghindari penularan penyakit tersebut gan ?