Public Health

Epidemiologi Askariasis

Gejala Klinis, Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahan Askariasis

Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Nemathelminthes Ascaris Lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit. Walaupun infeksi Soil Transmitted Helminths jarang mengakibatkan kematian langsung namun lebih menimbulkan adanya morbiditas yang dapat berhubungan dengan infeksi berat, seperti pada cacing tambang, menyebabkan kehilangan darah dari dinding usus, kekurangan besi dan gizi protein,
Epidemiologi Ascariais
Manusia dapat terinfeksi cacing ini jika tertelan telur infektif yaitu telur yang keluar bersama tinja penderita yang di tanah yang sesuai maka telur cacing ini dapat berkembang menjadi telur infektif. Di dalam usus halus bagian atas dinding telur akan pecah kemudian larva keluar menembus dinding usus halus dan memasuki vena portal hati. Dengan aliran darah vena, larva beredar menuju jantung, paru-paru lalu menembus dinding kapiler masuk ke dalam alveoli. Masa migrasi larva ini berlangsung sekitar 15 hari lamanya. Sesudah itu larva cacing merambat ke bronki, trakea dan laring untuk selanjutnya masuk ke faring, usofagus lalu turun ke lambung dan akhirnya sampai ke usus halus. Selanjutnya larva berganti kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Migrasi larva cacing dalam darah yang mencapai organ paru tersebut dinamakan “lung migration” atau yang sering disebut dengan siklus paru.

Menurut (argono & Hadidjaja (2011), adanya siklus cacing yang melewati paru menyebabkan perdarahan kecil pada dinding usus dan alveolus. Cacing dewasa di dalam usus menyebabkan gesekan mekanik pada dinding sehingga dapat menyebabkan kelainan mukosa. Kelainan mukosa menyebabkan penyerapan zat gizi seperti protein, hidrat arang dan vitamin berkurang. Selain itu juga menyebabkan sakit perut dan mual sehingga akhirnya menyebabkan masukan (intake) zat gizi berkurang, jika terjadi demikian berjalan menahun maka akhirnya terjadi kekurangan gizi atau malnutrisi.

Sementara menurut Soedarto (2011), jika terjadi infeksi askariasis yang berat (hiperinfeksi) terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan pencernaan dan penyerapan protein sehingga penderita akan mengalami gangguan pertumbuhan dan anemia akibat kurang gizi. Cacing Ascaris juga dapat mengeluarkan cairan toksik yang dapat menimbulkan gej ala klinis mirip demam tifoid disertai tanda-tanda alergi misalnya urtikaria, edema pada wajah, konjungtivitis dan iritasi pernafasan bagian atas.

Diagnosis Askariasis
Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris dewasa atau telur Ascaris pada pemeriksaan tinja, dengan melakukan pemeriksaan makroskopis terhadap tinja atau muntahan penderita untuk menemukan cacing dewasa. Pada pemeriksaan mikroskopis atas tinja penderita dapat ditemukan telur cacing yang khas bentuknya di dalam tinja atau cairan empedu. Sementara pada pemeriksaan foto rontgen perut kadang-kadang terlihat adanya cacing dewasa. Pemeriksaan ultrasonografi dan tomografi komputer dapat membantu diagnosis askariasis saluran empedu, hati dan pankreas. Pemeriksaan serologi yang spesifik dapat bermanfaat untuk menentukan diagnosis dini ascariasis.

Pengobatan Askariasis
Dalam beberapa kasus, ascariasis akan sembuh dengan sendirinya. Pengobatan terhadap ascariasis dengan memberikan anti-parasit seperti: 1. Albendazole (Albenza) 2. Ivermectin (Stromectol) 3. Mebendazole Obat-obat ini bekerja dengan membunuh cacing dewasa. Semua obat dapat diambil sebagai dosis tunggal. Pada ascariasis berat diperlukan operasi untuk memperbaiki kerusakan yang telah disebabkan oleh cacing dan untuk menghilangkan cacing. Obstruksi usus, obstruksi saluran empedu dan usus buntu adalah komplikasi yang mungkin memerlukan operasi. Menurut Soedarto (2009), obat-obat cacing yang baru, efektif dan hanya menimbulkan sedikit efek samping adalah mebendazol, pirantel pamoat, albendazol dan levamisol. Piperasin dan berbagai obat cacing lain masih dapat digunakan untuk mengobati penderita askariasis. Sedangkan pada komplikasi usus misalnya obstruksi usus diatasi dengan tindakan konservatif atau operatif. Pneumonitis karena larva askaris diobati dengan obat cacing dan prednisone.

Pencegahan Askariasis
Cara efektif pencegahan ascariasis dengan menerapkan sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan hygiene pribadi, antara lain dengan berperilaku hanya buang air besar di jamban, sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat. Selain upaya tersebut, juga dilakukan dengan mengobati penderita melalui pengobatan massal pada penduduk menggunakan obat cacing berspektrum lebar di daerah endemis dapat memutuskan rantai daur hidup cacing Ascaris lumbricoides dan nematoda usus lainnya serta adanya pemberian pendidikan kesehatan pada penduduk juga perlu dilakukan untuk menunjang upaya pemberantasan dan pencegahan askariasis.

Refference, antara lain : Hadidjaja, P. & Margono, S.S., 2011. Dasar Parasitologi Klinik. FKUI; Soedarto, 2009.Pengobatan Penyakit Parasit. Amubiasis Malaria Cacing Tambang Filariasis dan Penyakit Parasit Lainnya. Sagung Seto; Soedarto.,2009. Penyakit Menular di Indonesia. Cacing Protozoa Bakteri Virus Jamur. Sagung Seto. Soedarto,.2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Handbook of Medical Parasitology. Sagung Seto.

Incoming Search Terms:

One thought on “Epidemiologi Askariasis

  • bahaya,,bikin anemi pada orang dewasa dan anak2

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Indonesian Public Health Portal