Imunisasi Rutin

Hoax Autisme pada Imunisasi MR

Kampanye, Siapkan Introduksi MR pada Program Imunisasi Rutin

Saat ini sosialisasi kampanye imunisasi measles rubella (MR) mulai gencar dilakukan. Berbagai media baik cetak, televisi, maupun online, menayangkan kegiatan besar ini. Beberapa tokoh dijadikan model sosialisasi. Berbagai pesan penting disampaian, berisi tujuan, sasaran, maupun waktu kampanye diinformasikan secara gamblang kepada masyarakat. Bahkan direncanakan seluruh provider dan operator seluler digandeng untuk menyampaikan blast message kepada pelanggan berisi informasi kampanye MR ini.

Disatu sisi pengoptimalan pemanfaatan berbagai media ini dinilai cukup efektif menyampaiakan pesan pokok  Kampanye MR ini. Namun disisi lain, kampanye ini juga memantik “pro kontra”, khas tipikal era medsos saat ini. Era diamana kita semakin sulit memilah antara hoax dan fakta. Dan satu diantaranya berupa hoax vaksin MR dapat menyebabkan autisme.

Jika kita baca pada banyak literature, isu Autis pada MR dimulai ketika tahun 1998, Jurnal kesehatan terkemuka, Lancet Medical journal, mempublikasikan hasil penelitian Andrew Wakefield, colitis and autism spectrum disorders linked to the combined measles, mumps, and rubella (MMR) vaccine.

Hasil penelitian tersebut termasuk kontroversial, memantik banyak perdebatan di lingkup akademisi. Salah seorang jurnalis Sunday Times, Brian Deer, melakukan investigasi panjang terkait hasil penelitian Andrew Wakefield ini. Hasil investigasi mendalam ini berakhir pada kesimpulan  telah terjadi conflicts of interest, manipulated evidence, broken ethical codes. Selain itu kemudian terdapat lebih dari 20 penelitian sejenis (dengan hasil berbeda) dipublikasikan.

Beberapa penelitian besar epidemiologi dilakukan. Seperti dilansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), American Academy of Pediatrics, Institute of Medicine dari US National Academy of Sciences, Kementerian Kesehatan Inggris, dan Cochrane Library semuanya tidak menemukan hubungan antara vaksin MMR dan Autisme. Tinjauan Cochrane dalam studi vaksin MMR menyimpulkan bahwa bukti keamanan dan efektivitas MMR menguatkan dukungan  penggunaan vaksin secara global. Kurangnya kepercayaan terhadap vaksin telah merusak kesehatan masyarakat. Hal ini kemudian juga disusul dengan keputusan pengadilan khusus di Amerika Serikat yang menolak untuk melakukan peninjauan klaim di bawah the National Vaccine Injury Compensation Program terkait kompensasi dari orang tua anak-anak penderita autis.

Cerita soal publikasi Andrew Wakefield diatas masih berlanjut, ketika pada tahun 2004, Lancet menarik sebagian hasil penelitian Andrew Wakefield. Dan ditarik secara keseluruhan pada tahun 2010. Sesuai statemen pemimpin redaksi Lancet Richard Horton, jurnal tersebut telah “tertipu”. Wakefield dinyatakan bersalah, melakukan kesalahan profesional yang serius. Kemudian pada tahun 2011, Andrew Wakefield, dan tidak boleh praktik dan dikeluarkan dari asosiasi dokter Inggris. Dan ending kontroversial ini, secara resmi dinyatakan Vaksin MMR  tidak memiliki kaitan dengan autisme

Menurut catatan, kasus diatas diklaim sebagai bentuk kebohong terbesar didunia medis dalam 100 tahun terakhir.  Dampak luas dirasakan, diantaranya tingkat vaksinasi di Inggris dan Irlandia turun tajam. Diikuti oleh peningkatan kejadian campak dan gondok secara signifikan, yang mengakibatkan kematian dan kecacatan permanen.

Kita mencatat, berbagai tantangan program imunisasi memang selalu muncul di masyarakat. Titik kritis pelaksanaan kampanye MR pada umumnya pada tingkat kehadiran sasaran di lokasi pelayanan.  Tingkat kehadiran ini sangat signifikan, mengingat kekebalan komunitas baru akan terbentuk jika cakupan tinggi. Diperlukan peran semua pihak untuk meyakinkan sasaran, seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun, untuk hadir di tempat-tempat pelayanan imunisasi MR pada bulan Agustus dan September 2017.

Kampanye MR

Sebagai pengingat kita, bagaimana bentuk kampanye MR ini dilaksanakan? Berikut beberapa hal yang penting kita pahami bersama:

  • Pengertian: kampanye imunisasi Measles Rubella (MR) adalah suatu kegiatan imunisasi secara masal sebagai upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak dan rubella pada anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Imunisasi ini sifatnya wajib dan tidak memerlukan individual informed consent.
  • Tujuan: Tujuan pelaksanaan kampanye imunisasi MR ini adalah untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubella/ CRS tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus antara lain untuk : Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat; Memutuskan transmisi virus campak dan rubella; Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella; serta Menurunkan angka kejadian CRS
  • Sasaran: Sasaran pelaksanaan kampanye imunisasi MR adalah seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun. Imunisasi MR diberikan tanpa melihat status imunisasi maupun riwayat penyakit campak dan rubella sebelumnya.
  • Tempat: Kampanye imunisasi MR dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Pelayanan imunisasi dilakukan di pos-pos pelayanan imunisasi yang telah ditentukan yaitu di sekolah-sekolah yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK),SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat, Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
  • Waktu: Kampanye imunisasi MR dilaksanakan dalam waktu dua bulan penuh di masing-masing daerah termasuk sweeping.

Refference, antara laiin: Petunjuk Teknis Kampanye Dan Introduksi Imunisasi Measles Rubella (MR), Kementerian Kesehatan 2017; Harian Pagi Jawa Pos (28 Juli 2017)

One thought on “Hoax Autisme pada Imunisasi MR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Indonesian Public Health Portal