Sistem Informasi Geografis Bidang Kesehatan
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (GIS) dan Data Spasial di Bidang Kesehatan Masyarakat
Sebelum berbicara lebih lanjut tentang sistem informasi geografis bidang kesehatan, ada baiknya kita singgung sekilas tentang perangkat utama GIS ini, yaitu GPS. Proyek GPS dikembangkan pada tahun 1973 untuk mengatasi keterbatasan sistem navigasi sebelumnya. Sistem navigasi ini menggunakan 24 satelit MEO (medium earth orbit atau middle earth orbit) yang mengelilingi bumi dan penerima-penerima di bumi. Satelit mengorbit pada ketinggian sekitar 12.000 mil di atas bumi, dan mampu mengelilingi bumi dua kali dalam 24 jam. Satelit GPS secara terus-menerus mengirimkan sinyal radio digital yang mengandung data lokasi satelit dan waktu pada penerima yang berhubungan. Satelit GPS dilengkapi dengan jam atom dengan ketepatan satu per satu juta detik. Berdasarkan informasi ini, stasiun penerima mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk mengirim sinyal sampai ke penerima di bumi.
Penggunaan teknologi ini memungkinkan kita untuk melihat informasi secara keseluruhan dengan cara pandang baru, melalui basis pemetaan, dan menemukan hubungan yang selama ini sama sekali tidak terungkap. Dalam bidang kesehatan, aplikasi GIS, misalnya dapat digunakan untuk menentukan masalah kesehatan berdasarkan aspek lokasi berdasarkan data-data kependudukan. Menurut Cleans (2005), proses untuk membuat (menggambar) peta dengan Sistem Informasi Geografis (GIS) jauh lebih fleksibel, bahkan dibanding dengan menggambar peta secara manual, atau dengan pendekatan kartografi yang serba otomatis. Penerapan pertama kali sistem informasi geografis dilakukan John Snow pada abad 19, ketika membuat peta kematian kolera pada saat terjadinya wabah kolera.
Pemanfaatan Sistem informasi geografi di bidang kesehatan yaitu menyediakan data atribut dan data spasial yang menggambarkan distribusi atau pola penyebaran penderita suatu penyakit atau model penyebaran distribusi unit – unit fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya tenaga medis, serta tenaga kesehatan lain (Prahasta, 2005 )
Kemajuan terbaru di dalam sistem informasi geografis yang dapat memetakan dengan suatu alat teknologi dapat menciptakan peluang baru untuk tenaga-tenaga kesehatan masyarakat dalam meningkatkan perencanaan, analisis, monitoring dan manajemen sistem kesehatan. Sebagian besar data yang digunakan dan yang dihasilkan oleh tenaga kesehatan dan para tenaga sosial lainnya mempunyai suatu perbedaan sehingga sistem informasi geografis (GIS) sangat berguna sekali bagi tenaga profesional kesehatan dan tenaga-tenaga di bidang lainnya di dalam merencanakan dan manajemen sehari-hari (Jasmin dan Johsons, 1999).
Data Spasial
Pengertian data spasial merupakan suatu data yang mengacu pada posisi, objek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir (Prahasta, 2009).
Secara detail fungsi data spasial (terkait aspek spasial atau lokasi) ini, antara lain dimungkinkan sebagai dasar perhitungan menentukan jarak, pembuatan peta, serta memberikan arahan dalam membuat keputusan spasial yang bersifat kompleks. Menurut Ali et al (2002), karakteristik utama dari data spasial adalah bagaimana mengumpulkan dan memeliharanya untuk berbagai kepentingan. Selain itu sebagai salah satu elemen yang kritis dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonomi secara berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan perkiraan hampir lebih dari 80% informasi mengenai bumi berhubungan dengan informasi spasial. Perkembangan teknologi yang cepat dalam pengambilan data spasial telah membuat perekaman terhadap data berubah menjadi bentuk digital, dan itu relatif lebih cepat dalam melakukan prosesnya. Salah satu perkembangan teknologi yang berpengaruh terhadap perekaman data pada saat ini adalah teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan Global Positioning System (GPS).
Menurut Ekadinata (2008), data spasial terdiri dari dua model, yaitu model vektor dan model raster. Perbedaan mendasar antara kedua model tersebut terletak pada cara penyimpanan dan representasi sebuah objek geografis. Pada model vektor, posisi suatu objek didefinisikan oleh rangkaian x dan y. Objek dan informasi dipermukaan bumi dilambangkan sebagai titik, garis dan poligon. Titik mempresentasikan objek spasial yang tidak memiliki dimensi panjang dan luas, fitur spasial dipresentasikan dalam satu pasangan x dan y, contohnya titik sampel. Garis mempresentasikan objek yang memiliki dimensi panjang, namun tidak memiliki dimensi are, misalnya jalan. Poligon mempresentasikan fitur spasial yang memiliki area, misalnya unit administrasi. Pada model raster, data spasial diorganisasi dalam sel atau pixel, masing-masing pixel mewakili luasan tertentu di permukaan bumi.
Senada dengan pengertian diatas, sistem Informasi Berbasis Keruangan adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi. Teknologi GIS mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar petanya. Kemampuan tersebut membuat Sistem Informasi Geografis (GIS) berbeda dengan sistem informasi pada umumnya dan membuatnya berharga bagi perusahaan milik masyarakat atau perseorangan untuk memberikan penjelasan tentang suatu peristiwa, membuat peramalan kejadian, dan perencanaan strategis lainnya.
Menurut Prahasta (2009) beberapa kemampuan yang dimiliki SIC dapat dilihat dari pengertian berikut: 1) memasukkan dan mengumpulkan data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut); 2) mengintegrasikan data unsur-unsur geogafis (spasial dan atribut); 3) memeriksa, men g-update (men g-edit) data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut); 4) menyimpan dan memanggil kembali (retrieve) data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut); 5) mempresentasikan atau menampilkan data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut); 6) mengelola data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut); 6) memanipulasi data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut); dan 7) menganalisis data unsur-unsur geografis dalam bentuk-bentuk peta tematik, tabel, grafik (chart) laporan (report), dan lain sejenisnya baik dalam bentuk handcopy maupun softcopy (Prahasta, 2009).
Aplikasi SIG umumnya difungsikan sebagai tools untuk mendukung pengambilan keputusan. Kemampuannya untuk menyimpan (storing), mengambil (retrieving), analisa (analyzing), modelling dan mapping. Ciri dari aplikasi SIG yang baik adalah bila aplikasi tersebut dapat menjawab minimal satu pertanyaan dibawah ini:
- Lokasi, dapat menjawab yang terkait dengan lokasi atau wilayah dan gejala tertentu.
- Kondisi, dapat menjawab kondisi dari lokasi tertentu.
- Tren, dapat menjawab tren dari suatu keadaan tertentu.
- Pola, dapat menjawab gejala atau kecenderungan yang terjadi dari data yang tersedia.
Dalam bidang kesehatan, aplikasinya GIS secara umum antara lain :
- Menentukan persebaran secara geografis dan jenis-jenis penyakit.
- Untuk kegiatan stratifikasi faktor-faktor risiko penyakit dan maslah kesehatan.
- Untuk estimasi terjadinya wabah.
- Untuk kepetingan pemantauan penyakit
- Dapat meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pengelolaan lingkungan, peralatan, persediaan dan sumber daya manusia.
- Memantau kebutuhan kesehatan secara terpusat.
- Untuk mengetahui peralatan-peralatan dan persediaan dalam pelayanan kesehatan.
Sementara pendapat lain menyatakan, epidemiologi spatial adalah deskriptif dan analisis tentang variasi geografis dengan penyakit, dalam hubungannya dengan demografi, lingkungan, kebiasaan (behavioral), sosio ekonomi, genetika, faktor risiko infeksi. Keuntungan dalam sistem informasi geografis, metodologi statistik, dan ketersediaan resolusi tinggi geografi yang berhubungan dengan kesehatan, dan data kualitas lingkungan yang belum dibuat sebelumnya, membuka kesempatan baru untuk melakukan penelitian lingkungan dan faktor¬faktor lainnya dalam menjelaskan variasi geografis lokal dalam kaitannya dengan penyakit.
Referrence, antara lain :
- Ali, M, et al (2002). Spatial filtering using a raster geographic information system: methods for scaling health and environmental data. Health Place.
- Ekadinata, A, dkk. 2008. Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya alam.
- Prahasta, E. (2009) Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi & Geomatika.
Thank you for offering this. I am interested in something similar to this particular. Great information and facts I most certainly will come back for any information relevant to the particular Lentil soup Eating plan.