Type Vaksin Covid-19
Imunisasi Covid-19 sebagai Pelengkap Protokol 3M
International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) menetapkan nama SARS-CoV-2 karena kemiripannya dengan SARS-CoVs yang menyebabkan epidemi SARS pada tahun 2002-2003. Coronavirus merupakan single-stranded RNA virus dengan memiliki struktur yang mirip dengan mahkota (crown-like appearance) jika dilihat dengan mikroskop elektron merupakan bagian dari genus betacoronavirus.
Menurut Cascella, (2020), SARS-CoV-2 memiliki kesamaan dengan coronavirus lain yang sangat sensitif terhadap sinar ultraviolet (UV) dan suhu tinggi (heat). Virus ini kemungkinan dapat diinaktivasi pada suhu ≥270C dan mampu bertahan pada suhu dibawah 00C. Selain itu, untuk inaktivasi, lapisan lemak pada virus ini dapat larut oleh cairan seperti ether, ethanol dan chlorin yang biasa terkandung pada cairan disinfektan
WHO menyatakan bahwa penularan utama virus SARS-CoV-2 melalui droplet baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan individu yang terinfeksi yang mengeluarkan ludah atau cairan pernafasan/dropletnya yang keluar ketika batuk, bersin, bicara atau saat menyanyi. Droplet ini memiliki ukuran diameter 5-10um sedangkan droplet yang ≤5 um maka disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol (WHOb, 2014).
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala.
Transmisi airborne melalui droplet nuclei (aerosol) dapat dimungkinkan terjadi pada saat dilakukan prosedur medis yang menghasilkan aerosol (aerosol generating procedure) seperti intubasi. Saat ini masih dipelajari tentang potensi penularan melalui airborne ini pada setting publik, terutama pada kondisi padat, tertutup, dan berventilasi buruk.
Imunisasi Upaya Pencegahan COVID-19
Menurut Kucharski (2020), upaya pencegahan COVID-19 didasarkan pada mode penularannya. WHO merekomendasikan untuk sering mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak, penggunaan masker, etika batuk dan bersin, serta isolasi bagi yang sakit dan karantina untuk kontak erat. Upaya-upaya tersebut dapat dengan efektif menurunkan angka penularan penyakit COVID-19. Metode ini diadopsi dengan pesan pendekatan 3 pesan kunci (3M), yaitu menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer. Sedangkan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan untuk melengkapi upaya pencegahan melalui penerapan protokol kesehatan. Pemberian vaksin ini diharapkan (sebagaimana tujuan program imunisasi rutin lain yang sudah berjalan), mampu memberikan kekebalan komunitas dan mengendalikan pandemi.
Sebagaiman jenis vaksin yang sudah digunakan bertahun-tahun di dunia, demikian pula vaksin yang digunakan untuk SARS-CoV-2, beberapa kandidat kuat tipe vaksin yang akan digunakan berupa tipe vaksin inaktivasi, vaksin yang dilemahkan, vaksin vektor virus, vaksin asam nukleat, vaksin sepeti virus (virus-like vaccine), dan vaksin subunit protein.
Berikut terkait jenis, kelebihan dan kekurangan masing-masing tipe vaksin tersebut (WHO Guidance on Developing A National Deployment And Vaccination Plan For Covid-19 Vaccines – draft version of 10 November 2020)
Tipe Vaksin | Deskripsi | Kelebihan | Kekurangan | Contoh vaksin COVID-19 |
Vaksin inaktivasi (Inactivated virus vaccine) |
Bentuk inaktif dari pathogen yang menjadi target. Virus terdeteksi oleh sel imun, namun tidak dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit |
Menginduksi respon imun yang kuat |
Membutuhkan virus dalam jumlah banyak |
Sinovac,
Wuhan Institute of Biological Products/ Sinopharm |
Vaksin yang dilemahkan (live attenuated) |
Merupakan bentuk pathogen yang hidup namun dilemahkan |
Respon tubuh sama dengan infeksi alamiah |
Tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dan pasien imunokompromais |
sampai saat petunjuk ini disusun, seluruh vaksin yang dikembangkan masih dalam tahap pre‑ klinik |
Vaksin vektor virus (viral-vector virus, replicating or non replicating) |
Virus secara genetik direkayasa atau dimodifikasi untuk mengandung antigen dari target pathogen. Ketika asam nukleat dimasukkan ke dalam sel manusia, mereka menghasilkan salinan protein virus, yang kekebalan tubuh merangsang respon perlindungan dari sistem |
Pengembangan cepat |
Paparan vektor virus sebelumnya dapat mengurangi imunogenisitas |
University of Oxford/ AstraZeneca, Cansino Biological Inc./Beijing Institute of Biotechnology, GamaleyaResearch Institute,Janss en Pharmaceutial Companies |
Vaksin asam nukleat (nucleic- acid vaccine) | Vaksin RNA atau DNA mencakup protein patogen target yang memicu respons imun. Ketika asam nukleat dimasukkan ke dalam sel manusia, RNA atau DNA kemudian diubah menjadi antigen. | Imunitas selular yang kuat, pengembangan cepat | Respon antibodi yang relatif rendah | Moderna/ NIAID, BioNTech/ Fosun Pharma/Pfizer |
Vaksin seperti virus (Virus-like vaccine) | Cangkang virus kosong yang mirip dengan patogen target, tanpa materi
genetik. Cangkang virus merangsang respons perlindungan dari sistem kekebalan tubuh. |
Cepat dan relatif murah | Mungkin kurang imunogenik | sampai saat petunjuk ini disusun, seluruh vaksin yang dikembangkan masih dalam tahap pre‑ klinik |
Vaksin sub-unit protein (Protein sub-unit vaccines) | Vaksin ini menggunakan fragmen patogen target yang penting untuk kekebalan. | Mungkin memiliki lebih sedikit efek samping daripada virus utuh | Mungkin akan memiliki imunogenik yang buruk, proses yang kompleks | Novavax |