“Kompetisi” ala Kampanye Imunisasi MR
Catatan Kampanye Imunisasi MR Lumajang
Jawa Pos 22 September 2017 dalam salah satu kolom ‘Imunisasi Campak Rubella’ nya membuat sebuah judul “Jatim Oke, Lumajang Memble”. Judul ini tentu sangat eksotis, mengena, menarik, dan mungkin tendensius, untuk sebuah hiruk pikuk jurnalisme (baca koran). Kata Bude Jamilah, khas tipologi bahasa hoax. Sekali mata melirik judul, jari dan jempol terhipnotis untuk segera klik, like, dan share. Soal isi utuh tulisan tentu hal lain.
Memble? Saya kira belum bisa dinilai se “menarik” itu.
Pertama karena diatas judul kolom itu ada tulisan “tinggal 8 hari lagi”. Jika sedikit saja data dan analisa dilakukan, maka beberapa pertanyaan akan muncul. Masih 8 hari lagi, posisi 77%, plus trend pencapaian harian cakupan MR Lumajang. Saat tulisan ini saya buat, dua hari kemudian, cakupan ada di angka 83,8%. Terdapat kenaikan sekitar 3% per hari, kali 5 hari, sama dengan 15%. Dan capaian akhir akan ketemu 98% (target nasional >95%).
Sebagai awam saya maklum. Program imunisasi memang tidak hanya bicara soal kekebalan individu. Imunisasi men-syaratkan terwujudnya kekebalan komunitas, sehingga kemudian cakupan harus tinggi (MR >95%) untuk yakin mampu memutus mata rantai penularan campak dan rubella. Yang kemudian mengusik saya, soal target waktu kampanye MR ini. Apakah secara epidemiologi harus berakhir Agustus – September? Mungkin tidak demikian jawabnya, toh dari aspek waktu lain, bahkan ada jeda setahun untuk wilayah diluar Jawa. Dan banyak pertanyaan awam lainnya yang tidak harus saya tulis (bukan domain cah ndeso, ujar bude Jamilah lagi)
Saya tidak tahu persis.mengapa program ini diberi nama “Kampanye” imunisasi MR?. Bukan Bulan Imunisasi MR misalnya, seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio. Namun yang saya pahami kemudian setelah membaca kolom Jawa Pos ini, bahwa tersirat ada kompetisi dalam program ini. Capaian tiap wilayah akan dibandingkan, lalu dihare luas diberbagai media (medsos, atau lainnya). Tentu hal ini efektif meningkatkan kinerja di lapangan. Diantaranya karena terlecut semangat kompetisi. Berbagai terobosan dilakukan untuk mencapai target. Sistem akan bergerak meningkatkan cakupan.
Tentu yang harus dipastikan kemudian adalah validitas data cakupan dan sasaran.
Jika saya mengikuti cerita MR di Lumajang, dapat saya runutkan beberapa hal. Pada awalnya strategi Lumajang memang mengharuskan capaian pelan, tidak secepat Kabupaten Lain. Beberapa hal teknis turut mempengaruhi pemilihan strategi itu, misalnya terkait integrasi dengan program lain, dan pertimbangan teknis lainnya. Lumajang percaya diri dengan strategi ini, walau sebetulnya “sistem kompetisi” sangat mengusik. Sampai kemudian berita liar, hoax khas medos terkait isu kematian anak post MR menyeruak menyebar tak terkendali.
Isu hoax ini tidak secara cepat dapat diredam petugas di lapangan, diantaranya karena prosedur secara birokratis mengharuskan pembagian level wewenang “hak jawab”. Walaupun teknis dan referensi sebenarnya petugas di lapangan yakin dapat meng-counter hoax ini. Penjelasan resmi pusat yang kemudian muncul sudah sangat terlambat. Bude Jamillah bilang- sudah terlanjur terjadi “lost confident“. Kita bisa melihat bagaimana sasaran MR baik di lingkup Posyandu, sekolah, bahkan ditingkat petugas sudah sangat tidak nyaman terhadap situasi yang ada. Mungkin belum pernah ada di wilayah lain, fenomena masyarakat berbondong minta surat keterangan sehat untuk memastikan anaknya memenuhi kualifikasi untuk diimunisasi. Bagaimana sekolah kemudian banyak yang mengedarkan inform consent ke wali murid terkait imunisasi MR (sesuatu yang sebetulnya tidak berlaku pada imunisasi massal. Bagaimana kemudian harus dilakukan sosialisasi ulang face to face, sekolah per sekolah, oleh petugas pada level yang lebih tinggi. Sesuatu yang sebelumnya mampu diatasi pada level Puskesmas. dan lain -lain …..
Namun apapun masalahnya, Dia pemilik skenario. Kita harus selalu khusnudhon terhadap rencanaNYa. Ada hikmah dibalik semuanya. Selalu optimis (sejak awal) menjalankan strategi dan rencananya, sampai 30 September 2017. Demi derajat kesehatan masyarakat, memenuhi hak setiap anak mendapatkan imunisasi, demi masa depan mereka.
Sumber : lumajangtopic.blogspot.com/2017/09/kompetisi-kampanye-imunisasi-mr.html