Standar Fisik dan Kimia Air Bersih
Karakteristik Fisik dan Kimia Air Bersih
Sebagaimana kita ketahui, terdapat beberapa indikator kualitas air bersih, antara laindari aspek persyarata fisik, kimia dan mikrobiologis. Persyaratan fisik air bersih antara lain : jernih atau tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mengandung padatan, temperatur normal (29°C). Persyaratan kimia air bersih antara lain : pH netral (6,8-9,0), tidak mengandung kimia beracun, tidak mengandung garam atau ion-ion logam berbahaya, kesadahan rendah, dan tidak mengandung bahan organik. Sedangkan persyaratan mikrobiologis antara lain : Tidak mengandung bakteri pathogen
Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian. Menurut Slamet (2007), air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk hidup sehari-hari antara lain minum, mandi, masak, mencuci. Air juga merupakan sumber dan media perkembangbiakan bermacam-macam penyakit seperti diare, kholera, disentri, hepatitis A, thypus, cacingan. Peranan air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam seperti; air sebagai penyebab mikroba patogen, air sebagai sarang insekta penyebar penyakit, atau jumlah yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, adalah tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.
Seiring meningkatnya kegiatan manusia yang sangat mempengaruhi alam, juga berimbas pada penurunan kualitas air. Penurunan kualitas air oleh aktivitas manusia disebabkan oleh pembuangan limbah rumah tangga, limbah industri, limbah Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain yang tidak dikelola dengan baik.
Berbagai dampak penurunan kualitas air tersebut, diantaranya mempengarui derajat kesehatan masyarakat. Air menjadi media penularan panyakit pada manusia, seperti penyakit diare, hepatitis, polio, dan sebagainya. Pada penyakit diare, diketahui penyebab penyakit tersebut dapat bersumber atau ditularkan melalui air yang kualitasnya tidak baik. Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air (air yang terkontaminasi oleh bakteri). Cara penularan penyakit diare yang lain antara lain melalui: melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan bakteri, dan melalui tanah yang terkontaminasi. Penyakit ini menyerang anak-anak karena mereka mengkonsumsi air yang terkontaminasi. Oleh karena itu kualitas maupun kuantitas air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat harus terlindungi sehingga tidak menjadi penyebab maupun perantara penularan penyakit.
Karakteristik Fisik dan Kimia Air
Kekeruhan dan warna, merupakan beberapa karakteristik fisik air
- Menurut Effendi (2007), kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. Kekeruhan pada daerah perairan banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus. Tingginya nilai kekeruhan dapat menyebabkan sulitnya usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air
- Sedangkan menurut Slamet (2007), kekeruhan bisa disebabkan oleh lapukan batuan dan logam, tanaman atau hewan untuk yang bersifat organik. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakan bakteri. Bakteri ini juga merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah kekeruhan dalam air (Slamet, 2007).
Warna
- Menurut Effendi (2007), warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik (tanin, lignin, dan asam humus dari dekomposisi tumbuh-tumbuhan). Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna di perairan dapat dilakukan dengan penambahan koagulan yang bermuatan positif seperti aluminium dan besi
- Sedangkan menurut Slamet (2007), air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mokroorganisme yang berwarna. Selain itu zat organik yang menyebabkan warna ini jika terkena klor dapar membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun.
- Cara penghilangan warna tersebut menurut Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air, bagi Petugas Pembinaan Kesehatan Lingkungan, Depkes RI (1991), antara lain dengan cara: aerasi, absorpsi dan oksidasi
Bau dan Rasa
Menurut Slamet (2007), bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu. Air minum biasannya tidak memberi rasa/tawar, air yang tidak tawar menunjukkan kehadiran zat yang dapat membahayakan kesehatan.
Sedangkan menurut Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air, bagi Petugas Pembinaan Kesehatan Lingkungan, Depkes RI (1991), bau dan rasa juga dapat disebabkan oleh gas terlarut, organisme yang hidup, organisme yang membusuk, limbah padat, limbah cair dan sisa klor. Cara penghilangan bau tersebut antara lain dengan cara: aerasi, absorpsi dan oksidasi
Sedangkan karakteristik Kimia Air yang penting bagi kesehatan, antara lain, kesadahan, Besi (Fe), Klorida (Cl2), dan Mangan (Mn)
Derajat kesadahan atau pH
Berikut beberapa poin pentingnya memperhatikan derajat kesadahan pada air.
- pH penting diperhatikan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
- Menurut Slamet (2007), pH air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang baik yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.
- Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
Besi (Fe)
Menurut Slamet (2007), besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresi/mengeluarkan Fe, karenanya mereka sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe.
Menurut Effendi (2007), keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa FeCl2, Fe(HCO3), dan Fe(SO4). Pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik, pengendapan ion ferri dapat mengakibatkan warna kemerahan pada porselin, bak mandi, pipa air, dan pakaian. Kelarutan besi meningkat dengan menurunnya pH.
Beberapa karakteristik kadar besi pada air, diantaranya pada air tanah dalam biasanya memiliki karbondioksida dengan jumlah yang relatif banyak, dicirikan dengan rendahnya pH, dan biasanya disertai dengan kadar oksigen terlarut yang rendah atau bahkan terbentuk suasana anaerob. Pada kondisi ini, sejumlah ferri karbonat akan larut sehingga terjadi peningkatan kadar besi ferro (Fe2+) di perairan.
Klorida (Cl2)
Klorida tidak bersifat toksik bagi mahluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan osmotik sel. Perairan yang digunakan untuk keperluan domestik termasuk penyediaan air minum sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/l (Effendi, 2007)
Sementara menurut Slamet (2007), klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Di Indonesia digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah yang banyak menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu klor di dalam penyediaan air bersih sengaja dipelihara. Tetapi klor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (CL-HC) banya diantaranya bersifat karsinogenik, oleh karena di negara maju proses klorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan lagi (Slamet, 2007).
Mangan (Mn)
Mangan (Mn) adalah adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Pada perairan dengan kondisi anaerob akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mangan dan besi valensi dua hanya terdapat dalam perairan yang memiliki kondisi anaerob. Sedangkan menurut Slamet (2007), mangan (Mn) adalah metal kelabu kemerahan. Keracunan seringkali terjadi bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam.
Refference, antara lain :
- Slamet, J.S, 2007, Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada Pres.
- Effendi, H, 2007, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Kanisius.
- Depkes RI. 1991. Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air, bagi Petugas Pembinaan Kesehatan Lingkungan, Ditjen P2PL
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
I see a lot of interesting articles on your blog. You have to spend a lot of time
writing, i know how to save you a lot of work, there is a tool that creates unique, google friendly articles
in couple of minutes, just search in google – k2 unlimited
content